Tuesday, January 23, 2007

Setahun

Apa yang bisa disimpulkan hidup bersama setahun bersama orang lain?

Tanggal 21 Januari 2006, gue sama Umma resmi setahun menikah. Dan gue nggak akan punya syaraf yang cukup buat numpahin semua rasa yang ada.

Karena setiap hari tumbuh syaraf baru. Sense baru. Rasa baru. Tata emosi baru. and of course: new love. And it's not bullshit.

Karena hidup bersama Umma bukan hidup dalam negeri dongeng. It's real. Semua yang tumbuh itu real.

Salah satu ketakutan gue tentang menikah adalah sulitnya jadi diri sendiri. Ternyata itu bodoh. Karena menikah ternyata membuat gue punya pandangan baru terhadap diri gue sendiri. Cara melihat dan menilai diri sendiri. Gue jadi punya 'napsu' untuk memperbaiki segala hal yang masih penyok-penyok.

Dan gue nggak perlu harus membayangkan menimbang segala perasaan terlalu berat. Karena Umma is click as a partner. Alhamdulillah. Ini adalah salah satu anugerah terefektif yang Yang Maha Adil kasih ke gue. Gue sama Umma adalah partner in everything. Partner in crime yang ciamik.

Contoh: gue impulsive buyer. Umma juga begitu. Kami melihat sebuah sepeda di pinggir jalan Pasar Rumput, saling lihat lalu kembali lagi buat membelinya. Padahal sama-sama nggak tau juga kapan mau dipake. Tapi dari situ kami bisa bikin janji baru buat memikirkan sepeda itu nanti pada saat udah pindah ke Bintaro.

Lantas rumah di Bintaro itu. Awalnya cuma mau lihat kontrakan. Tau-tau ngeliat rumah di hook yang menurut kami asyik banget. Tanya kiri-kanan. Harga memungkinkan. Niatnya mencicil pun langsung jadi logis. Bawa keluarga buat lihat dan mereka juga cocok. Malah mertua gue memberikan pinjaman super lunak [yang tadinya sempat bikin gue kikuk tapi akhirnya gue belajar lagi sudut kompromi yang baru] hingga akhirnya rumah itu bisa dibeli kontan. Terima kasih, Pak.

Dan banyak lagi. Lewat segala impulsifitas itu justru gue sama Umma membuka ruang buat belajar. Buat saling raba luka mana yang harus dielus. Retak mana bisa digumuli. Lecet mana yang harus dikecup. Sebuah hidup yang nyata. Bukan sebuah hubungan penuh syarat yang membuat pelakunya terseret dan terjebak. Kami betul-betul berjalan sama-sama. Berpegang tangan menghadapi semuanya. Cinta sederhana yang berdiri di persimpangan kenyataan.

I don't have to be a superman. Or a super romantic guy. Or a super husband. With her I just have to be a grown up man. Laki-laki yang mau belajar.

Ini semua yang membuat gue benar-benar kembali berdoa: semoga perempuan ini jodoh seumur hidup gue.


nb: happy first anniversary, partner...

Tuesday, January 02, 2007

New Year

Another new year.

Tapi ini jelas bukan cuma sekedar just another new year buat gue. Di luar semua pencapaian berbentuk fisik [rumah, mobil, dsb] yang dikasih ke gue sama Yang Maha Agung, satu hal besar yang belum pernah ada dalam hidup gue terjadi: gue hampir setahun nikah. Dua puluh hari lagi tepatnya. Ini benar-benar hidup baru. Literally new life. Setahun yang lalu gue sama Umma lagi deg-degan banget. Sepanjang setahun kemarin masih deg-degan juga, apa bisa menjalani yang namanya nikah?

But, with Umma, kayaknya gue bakal terus deg-degan. Karena gue bakal terus mengalami hal baru. Setiap waktu. Apalagi setiap tahun. Kenapa? Karena gue ngerasa tumbuh bareng sama dia. Seperti halnya sesuatu yang tumbuh, maka dia bakal diterpa angin yang baru, menikmati sinar matahari dari sudut yang baru. Mengalami kehidupan yang terus hidup.

Even, cuma sekedar buat memahami kalo ternyata istri gue bakal dengan garingnya bernyanyi 'putri tissu' pas tangannya nyangkut di kotak tisu, is a blessed. Karena itu membuat gue nyaman. With my life. With our life. It's like having a magic blanket all time.

Resolusi 2007? Siap-siap tumbuh lebih baik lagi!


nb: you are my blanket, Ma...