Thursday, June 29, 2006

Proudness

Kemaren gue ke Lebak Bulus.

Melihat pertandingan amal untuk Jogja. Antara Persija lawan tim pilihan Copa Indonesia.

Pertandingan yang tetap menarik. Hasilnya 2-2. Persija mengejar setelah tertinggal 2-0 lebih dulu di paruh pertama.

Copa Indonesia dengan pelatih Jacksen F Tiago bermain lebih rapi. Syamsul Chaerudin, midfielder idola gue yang sekarang bermain di PSM, berhasil jadi motor. Hanya saja Persija bermain lebih ngotot di babak kedua.

Ditambah 'donor darah' dari The Jakmania. Yang sepanjang pertandingan tidak pernah berhenti bernyanyi. Luar biasa.

Gue dulu adalah pengagum Persebaya. Sejak jamannya Mustaqim, sesudah dia pindah dari Niac Mitra. Berlanjut ke era Aji Santoso, Anang Ma'ruf, Uston Nawawi dan Sugiantoro. Nama-nama besar yang menguasai tim nasional saat itu. Aji Santoso adalah winger kiri terbaik Indonesia yang buat gue sampai saat ini belum tertandingi. Kecepatan dan gerak serta fisiknya mengingatkan gue akan Marc Overmars dari Belanda. Mungkin Orisan Salossa sedang mencobanya. Sementara Anang Ma'ruf adalah winger kanan yang sangat luar biasa.

Sugiantoro adalah libero dengan gaya bermain yang berani maju ke depan. Memiliki ketenangan yang mantap. Sementara Uston Nawawi, playmaker yang handal. Langganan tim nasional. Dengan line-up seperti ini taktik 3-5-2 Persebaya pun jadi sempurna. Sayap tajam, pertahanan mantap dan lapangan tengah solid.

Untuk sepabkola nasional rupanya gue lebih cinta pada tim yang solid. Gue juga sempat mendukung Persipura. Mutiara Hitam penuh bakat luar biasa. Lantas pernah terpukau oleh kelincahan dan goyangan Maung Bandung, Persib.

Namun gue cukup lama jadi pendukung Persebaya. Sampai perlahan mulai memperhatikan Persija.

Dan saat bermain Football Manager 2006 yang sangat lengkap itu data Indonesianya, gue pun mencoba memegang Persija. Lantas kemaren terjadi momen ajaib buat gue. Di FM gue menduetkan Rizky Pahlevi dengan Kurniawan. Rizky itu stiker muda yang berbakat sekali. Minimal di tim gue, dia nyaris jadi top scorer dan selalu bermain dengan nilai rata-rata 8-7.

Lalu tiba-tiba Rizky muncul di lapangan. Ajaib. Nama yang selama ini gue kenal dan berbentuk data hadir menendang bola. Dengan sepasang sepatu hijau itu dia bermain. Manuver-manuvernya cukup berbahaya. Lucu sekali momen itu.

Belakangan gue mulau melihat kalau nyanyian-nyanyian Jakmania itu adalah masalah kebanggaan. Apa lagi yang bisa dibanggakan dari kota macet ini? Meski walau kadang Jakmania dan supporter lainnya itu kadang masih suka brutal, bottom-line-nya adalah mereka mencari sesuatu yang bisa mereka banggakan dari tanah yang mereka pijak.

Kebrutalan supporter bola bukan cuma milik 'negara dunia ketiga'. Ini masalah kultur bola yang harus dirubah. FIFA sedang melakukannya. Dengan berbagai kampanye.

Dan, pelan-pelan gue merasa harus ikut bangga dengan Jakarta. Pelan-pelan mungkin gue bakal mendukung Persija.


nb: kapan-kapan nanti kita nonton di stadion ya Ma... :D

Wednesday, June 28, 2006

Delapan Besar

Selesai sudah 16 tim bertarung. Delapan pulang, delapan masih menggantung mimpi juara.

Brasil lawan Ghana. Banyak yang bilang ini bakal jadi partai 'berdarah'-nya penjudi. Karena bisa saja ada kejutan.

Dan memang. Tapi yang terkejut adalah Ghana. Ketika mereka bermain sangat baik dengan passing pendek menyusur tanah dan berhasil menekan juara dunia lima kali tapi kalah 3-0.

Ada beberapa SMS yang masuk. Seorang kawan kritikus film, dengan keras mengatakan telah terjadi skandal. Ini karena dua gol Brasil berbau offside yang sengak. Dia mengajak memboikot Piala Dunia. Reporter gue dengan sinis bilang slogan 'a time to make a friend' FIFA diganti aja dengan 'a time to make money'. Karena masih memenangkan Brasil dan tim-tim mapan lainnya yang sudah jelas menjamin penonton lebih banyak.

Gue masih melihatnya sebagai bunga Piala Dunia. Pupuknya adalah peraturan FIFA yang membuat banyak wasit dan hakim garis gugup. Gue sepakat dua gol Brasil itu penuh prasangka offside. Tapi sekali lagi wasit adalah bagian dari pertandingan. Apa pun yang terjadi.

Dan seperti yang seorang pemain bilang, pihak yang kalah itu sesimpel pasti not good enough. Bukan salah siapa-siapa.

Gue sepakat. Ghana memang bermain impresif. Penetrasinya luar biasa. Brasil dibuat mundur sampai ke kotak penalti. Tapi mental finishing pemain Ghana ternyata belum kelas perdelapan final.

Semua tendangan ke gawang hanya lurus-lurus saja. Mudah dipatahkan Dida. Malah kadang tak sampai ke gawang tendangannya. Benar-benar terlihat seperti anak baru. Ibaratnya: penetrasi oke, tapi ejakulasi dini. Perumpamaan yang sangat cerdas dari seorang teman.

Sementara Brasil bermain tenang. Penuh penguasaan diri. Mereka tidak panik ditekan sedemikian rupa. Dan malah jadi pihak yang melakukan counter attack. Di sini bahayanya.

Tim sekelas Brasil melakukan counter attack. Gawat. Hasilnya baru lima menit sebuah gol yang membuat Ronaldo melebihi rekor gol Gerd Muller tercipta. Muller adalah bomber Jerman dengan 14 gol sepanjang karirnya di Piala Dunia. Ronnie mencetak 15.

Gol itu sendiri menunjukkan kelas permainan Brasil. Ronaldo muncul dari second line. Berlari mengejar umpan daerah. Dan menggoyang Kingson dengan goyangan khas dia.

Sisanya pertandingan dilanjutkan dengan penetrasi-penetrasi tanpa hasil dari Ghana. Tapi Brasil terus dengan enak menyerang balik. Ronaldinho mulai menemukan formnya. Sebuah aksi stop ball yang luar biasa mengingatkan bahwa bocah ini memang pemain terbaik dunia.

Jadi meski dua gol itu berbau offside, Ghana sendiri memang simply not good enough. Mungkin di 2010 Ghana akan bicara banyak. Atau sudah ada lagi tim Afrika lain yang bakal mengejutkan dunia nanti. Sepakbola Afrika memang sudah melesat jauh.

Berikutnya Spanyol melawan Perancis. Dan benar. Perancis mendapatkan second wind mereka. Sangat kencang pula bertiupnya.

Spanyol yang sedang dalam performa terbaiknya pun tidak bisa menahan angin itu. Dengan tetap memainkan Zidane, Perancis perlahan menemukan momentumnya.

Kuncinya ada pada Vieira. Domenech sang pelatih akhirnya memilih untuk melepaskan beban Zidane di lapangan tengah. Memberikan porsi itu pada Vieira dan membiarkan Zidane menari-nari dengan bebas. Vieira juga kembali memberikan satu assist dan satu gol.

Meski tertinggal lebih dahulu lewat penalti David Villa, Perancis bermain sangat efektif dan kompak hingga membalik situasi jadi 3-1.

Secara ball possession Spanyol jauh lebih unggul. Tapi kepemilikan bola itu tidak membuahkan apa-apa karena para pemain Spanyol seperti bingung menghadapi tim yang mendadak terlihat sangat santai dan percaya diri.

Awalnya dengan memasukkan Raul dalam starting XI, Aragones seperti ingin menghindar dari 'sindroma Basten'. Ini istilah gue buat para pelatih yang tidak mau memasukkan pemain kharismatik mereka karena performa yang kurang baik.

Eksperimen Aragones sempat berhasil. Minimal pasukan mudanya seperti ada yang memimpin. Tapi pertahanan Perancis sangat solid. Sagnol, Thuram, Abidal dan Gallas sangat kompak.

Menit ke 41, Scarface Ribbery merobek jala Casillas. Lewat umpan yang sangat cerdas dari Vieira, Ribbery berlari menembus pertahanan Spanyol.

Aragones pun menarik Raul dan David Villa di babak kedua dengan memasukkan Garcia dan Joaqin. Sayang tidak ada perubahan. Malah Perancis yang kian menemukan permainan mereka.

Vieira mencetak satu gol lewat sundulan. Dan terakhir Zidane membuat sebuah gerakan kelas dunia untuk membawa Perancis bertemu Brasil di perempat final.

Italia bertemu debutan Ukraina. Jerman dihadang Argentina. Portugal bertemu Inggris.

Wuih. Memang benar kalau Piala Dunia masih itu-itu saja yang melaju ke perebutan Piala. Tapi inilah Piala Dunia. Kali ini yang menjadi 'bintang' adalah peraturan FIFA dan wasit.

Selalu saja ada yang bisa diprotes, dikagumi, ditangisi dari Piala Dunia. Cerita yang akan tumbuh lagi nanti 4 tahun ke depan. Dengan harapan baru, mimpi-mimpi baru dan drama yang bisa membalik itu semua.


nb: mari kita nonton semifinal, Ma :)

Tuesday, June 27, 2006

Hoki

Keberuntungan mulai menyeringai lebar di perdelapan final.

Pertama di duel Italia dan Australia.

Gue mencatat Hiddink memang pelatih dengan visi yang berani. Dia sudah pernah mematahkan Italia 4 tahun lalu bersama Korea. Sekarang dia membawa The Socceroos menghadang gerendel Marcello Lippi.

Analisa gue begini. Saat memegang Korea, Hiddink memanfaatkan benar posisi Korea sebagai tuan rumah yang punya dukungan jutaan harapan orang banyak. Saat bertempur dia dengan berani menekan Italia dengan speed dan power. Lautan merah di kursi penonton adalah energy source yang dimanfaatkan Hiddink sebagai faktor penting. Minimal Hiddink berani bertaruh di sana dan berhasil. Italia dibungkam 2-1. Korea ke perempat final.

Sekarang dengan membawa anak-anak Australia, Hiddink tidak punya faktor dukungan moral dari bangku penonton. Tapi dia punya faktor skill dan fisik yang lebih baik dari Korea.

Makanya saat melawan Italia, Hiddink jelas sekali meminta anak-anak Australia untuk bermain longgar dan menarikan possesion football. Mengintip adanya celah dari rapatnya pintu pertahanan Italia.

Hiddink tahu betul bahwa Italia adalah produsen counter attack terbaik dunia. Dengan pertahanan super tebal. Tapi gaya bermain seperti ini baru akan berhasil bila Italia ditekan.

Sepanjang babak pertama, Australia lebih banyak menahan bola. Memancing balik pemain-pemain Italia keluar dari kandang pertahanan mereka dan menyebabkan celah yang bisa ditusuk masuk.

Berhasil. Viduka dkk beberapa kali menusuk masuk. Sayang Buffon seperti baru makan darah beruang dan menutupi liang gawangnya dengan luar biasa. Begitu juga dengan Cannavaro. Brengsek. Jago sekali orang ini. Salah satu bek terbaik dunia versi gue.

Jadilah serangan-serangan Australia selalu mentah.

Italia sendiri bertahan dan jarang-jarang menyerang. Hanya saja karena kelas pemain mereka lebih di atas Australia, serangan yang jarang itu kadang menyengat juga. Namun Chipperfield, bek Australia, juga sedang on fire. Luca Toni dan Gillardino harus merelakan kesempatan emas mereka terbentur tembok defensif Chipperfield.

Matterazi membuat pertarungan makin seru ketika dia usir wasit keluar lapangan setelah melakukan sebuah tackle. Australia kian mengurung. Tapi finishing yang masih terburu-buru itu tidak bisa menembus gerendel Italia.

Lippi pun dengan besar hati memasukkan Totti di menit-menit akhir. Walau pun Totti bernasib seperti Nistelrooy, tidak bermain dalam performanya, Lippi tetap tahu figur seorang Fransesco Totti bisa membawa suatu perubahan di lapangan.

Lippi benar. Masuknya Totti membuat Italia jadi lebih berani keluar menyerang. Sampai bek Grosso pun maju sampai kotak penalti dan dijatuhkan Neill.

Penalti di detik-detik akhir babak ke dua. Australia seperti sudah bersiap menuju perpanjangan waktu. Protes berhamburan. Sebab kalau melihat rekaman ulang, Grosso tersandung jatuh, bukan dilanggar.

Tapi keputusan tetap keputusan. Totti menghadapi penalti dengan dingin. Mimpi Piala Dunia Australia kali ini pun padam. Ketika tendangan Totti menyetuh jala bagian dalam.

Banyak yang bilang Italia beruntung. Gue juga bilang begitu. Beruntung punya pelatih seperti Lippi. Beruntung punya kiper sekelas Buffon. Beruntung punya 'cadangan' sekaliber Totti. Dan beruntung wasit melihat itu sebagai pelanggaran.

Australia hanya tidak beruntung. Bukan kalah. Tapi sedang hilang hokinya. Teriring salam simpati gue buat Hiddink dan The Socceroos.

Hal ini juga terjadi terhadap Swiss. Disingkirkan Ukraina lewat adu penalti. Pertarungan 90 menitnya berlangsung ketat. Masing-masing mendapatkan kesempatan emas yang dimentahkan tiang gawang. Seolah memang sudah takdir pertandingan bakal menuju tos-tosan.

Swiss pontesial sekali untuk kembali bangkit jadi salah satu pendekar bola dari Eropa seperti dulu tahun 50-an. Eropa 2008 bisa jadi mereka bakal bicara lantang. Karena mereka juga menjadi tuan ramah bersama Austria.

Tapi Ukraina bermain efektif dan lebih tenang. Ditambah: beruntung. Adu penalti tidak lain bicara keberuntungan. Siapa yang beruntung timnya sedang berada di level emosi lebih yang menang. Tidak ada taktik yang bisa diadu di dalam tos-tosan.

Apakah hoki akan bicara lagi di duel Brasil-Ghana atau Spanyol-Perancis? Akan ada lagi tim baik yang menangis hanya karena dewi fortuna berkencan di tempat lain? Gue jawab tidak bisa ditolak atau disesali. Karena hoki tidak hoki adalah bagian drama kehidupan.


nb: ayo tonton lagi Ma! :)

Monday, June 26, 2006

Kalah

Akhirnya Belanda kalah.

Kita bahas ini dulu.

Sesuai dengan keraguan gue, ini memang bukan waktunya Belanda. Dengan tim muda seperti ini, mental adalah PR yang harusnya dikerjakan Basten.

Tapi Basten sendiri adalah pelatih muda. Untuk ukuran pelatih Van Basten masih 'hijau'.

Dan semalam dia kalah dari salah satu pelatih papan atas yang sudah memenangkan Piala Dunia: Scolari.

Tidak diturunkannya Van Nistelrooy jadi perbincangan banyak orang. Basten punya hitungannya sendiri. Yang dipertanyakan banyak orang termasuk gue nantinya.

Sejak kick-off Belanda seolah menjanjikan sekali dengan sepakan jauh Van Bommel yang mencukur tipis rumput di samping tiang gawang kiper Portugal, Ricardo.

Tapi gue udah langsung ngerasa ada yang nggak beres. Ini bukan permainan cepat. Tapi terburu-buru. Pasukan muda Basten seperti terbebani mental dan bermain penuh beban. Emosional.

Robben, Van Persie, Kuyt, semua punya kesempatan. Tapi Nuno Maniche kembali jadi neraka buat Belanda. Di Semifinal Euro 2004, gol pertamanya yang membuat mental Belanda drop. Kali ini dari sebuah serangan balik, di menit 23 Maniche membuat gol yang brilian. Dihalangi tiga pemain belakang, Maniche bisa melepaskan tendangan yang tak bisa terjangkau Van Der Sar.

Portugal sendiri bermain efektif dengan Deco sebagai bintang. Si belagu Cristiano Ronaldo ditarik keluar di menit 34 karena cedera. Sepertinya parah. Iklan Extra Joss itu menangis di bench.

Pertarungan berlangsung seru dan panas. Saking panasnya Ivanov, wasit Rusia, juga ikut kehilangan konsentrasinya. Memang kedua tim bermain lama-kelamaan menjurus kasar ala tarkam. Figo menyundul Bommel. Sneijdner panas mendorong Deco.
Dan banyak lagi. Tapi ada juga beberapa hal yang khilaf dari wasit.

Meski begitu masih ada yang bikin senyum melihat Van Bronchost dan Deco duduk berdua ngobrol dengan akrab dan seru setelah keduanya kena kartu merah. Kebetulan keduanya memang teman di Barcelona.

Hasil pertandingan ini luar biasa. Empat kartu merah, 16 kartu kuning. Sepertinya peraturan baru FIFA yang berkeinginan permainan jadi semengalir mungkin dengan memperketat ruang buat pelanggaran, harus dikaji ulang. Karena wasit juga jadi cenderung tertekan. Jadi gampang sekali memberikan kartu yang bisa merusak permainan dan bahkan turnamen secara keseluruhan.

Tapi itu FIFA. Belanda sendiri memang belum layak melangkah jauh kali ini. Basten sendiri masih belum berkepala dingin. Kecuali Nistelrooy ternyata cedera, kengototan Basten tidak memasukkan Ruutje adalah ego. Padahal di saat genting, ketika Portugal sudah bermain dengan 9 orang, sosok sekaliber Nistelrooy sangat dibutuhkan. Untuk memecah konsentrasi barisan pertahanan dan menaikkam moral pemain muda Belanda.

Basten tetap bergeming. Dia seperti ingin menunjukkan bahwa pasukan muda pilihan dia adalah yang terbaik. Kekeraskepalaannya pun harus dibayar mahal.

Sudahlah. Gue belum terlalu mood membahas ini lebih jauh. Sekarang mari kita lihat Inggris.

Eriksson muncul dengan formasi yang sangat ajaib. Dia memang memainkan satu striker, Rooney, dan memasang Hargreaves, Lampard plus Gerrard. Tapi dia menjadikan Hargreaves bek kanan dan memasukkan Carrick sebagai jangkar. Ajaib sekali. Eriksson memang menumpuk pemain di tengah dengan second line yang tajam, tapi taktik itu malah tidak jalan.

Karena lima pemain yang ditumpuk itu malah dilewati dengan umpan-umpan panjang langsung ke Rooney. Sementara Rooney bukan yang terbaik untuk mengambil bola-bola lob seperti itu. Ada Crouch yang lebih cocok kalau main main seperti itu. Lihat betapa ajaibnya taktik Eriksson?

Yang membuat kelima gelandang di tengah itu tidak jalan adalah pressing yang dilakukan dengan sangat baik oleh Ekuador.

Hanya saja 'kelas' Ekuador belum untuk perdelapan final. Penyelasaian Delgado dan Tenario belum tenang.

Inggris terus bermain tidak jelas. Dengan Lampard yang masih belum menemukan formnya. Dan Carrick yang seperti tidak bermain. Harusnya Hargreaves ada di sana. Karena Hargreaves adalah seorang ballgetter dan ballwinner yang baik.

Sampai akhirnya Inggris mendapatkan kesempatan tendangan bebas di depan kotak penalti Ekuador di menit 60. And David, bend it like Beckham. Tendangan yang sangat sempurna.

Habis itu permainan kembali membosankan. Dan akhirnya Inggris, sori, Beckham mengalahkan Ekuador.

Inggris dan Portugal akan bertemu di perempat final. Scolari akan bertemu Eriksson lagi seperti Korea-Jepang 2002 saat Scolari memimpin Brasil.

Portugal sendiri akan timpang. Bek Constinha dan Deco yang menjadi sumber inspirasi di lapangan tengah tidak bisa main karena kartu merah. Ronaldo cedera. Tapi Scolari adalah pelatih dengan taktik juara. Gue rasa dia bakal tetap akan membuat Portugal bukan lawan mudah buat Inggris yang masih belum juga ketemu permainan yang nyetel.

Sebelum membahas Jerman-Swedia dan Argentia-Meksiko, gue ingin menyampaikan salut gue terhadap Korea yang tersingkir dengan gagah berani. Melawan Swiss, anak-anak Korea menjadi yang mendominasi. Sayang di tengah sepakbola yang kian kompleks ini, semangat saja sudah tidak cukup. Kecerdasan bermain jadi kunci. Swiss bermain sangat rapi dan tenang. Dua faktor yang membawa Swiss bertemu Ukraina di partai perdelapan final.

Gue juga mencatat Perancis yang mulai bangkit. Menyikat Togo 2-0, Perancis ditunggu Spanyol di perdelapan. Perancis main luar biasa. Mereka harus menang. Atau kembali pulang dengan membawa malu. Main tanpa Zidane, tim Ayam Jantan itu malah bermain impresif dengan Vieira yang mengatur serangan dan menjadi kapten. Vieira jadi bintang. Dia membuat gol dan memberikan assist. Tapi yang gue catat adalah permainan ngotot Frank 'Scarface' Ribbery yang menghidupkan serangan.

Mirip Al Capone, Ribbery sulit 'ditangkap' pemain-pemain Togo. Dia bergerak terus. Dan Alex Fergusson pun langsung mengontak Marsaille, klub Ribbery. Ingin membawa Ribbery ke Old Trafford.

Domenech, pelatih Perancis, harus berpikir mempertahankan formasi ini. Juga dengan menduetkan kembali Henry dan Trezeguet. Terbukti lini depan Perancis kembali bertaring dan bermain dalam fashion a la France yang khas.

Sekarang Jerman-Swedia. Partai pertama perdelapan ini berlangsung dengan menujukkan dominasi Jerman Baru. Ya ini adalah Jerman era Klinsmann. Era striker bukan era libero lagi.

Anak-anak Jerman bermain dengan gaya Klinsmann yang terkenal cepat. Berlari dan mengoper. Terus bergerak.

Swedia pun tercabik-cabik. Tidak sempat bernapas, Podolski sudah mencetak dua gol di lima belas menit pertama.

Harus gue akui. Jerman yang sekarang memang pantas menang dan calon pantas juara dunia.

Argentina nyaris membuat jantung gue copot. Sebagai orang yang yakin Argentina bakal lolos ke perempat dan 'memaksa' dobel cover FourFourTwo tetap jadi, darah gue berhenti mengalir saat Marquez mencetak gol lebih dulu buat Meksiko.

Satu hal faktor yang cenderung dilupakan publik adalah Meksiko sudah berkali-kali bertemu Argentina. Dan pelatihnya La Volpe juga orang Argentina. Jadi Argentina bukan tim 'besar' buat Meksiko.

Sejak detik awal Meksiko langsung menekan. Bermain cepat. Menempel setiap pemain Argentina. Hasilnya Argentina tidak berkembang. Meksiko memberikan contoh bagaimana menghentikan Argentina: dikte permainan dari awal.

Hasilnya menit ke 8, Marquez mencetak gol. Meski dua menit kemudian Crespo mengikat lagi kedudukan menjadi 1-1, hasil tendangan sudut.

Selanjutnya Meksiko terus mendominasi. Pemain Argentina pun berusaha keluar dari tekanan. Seru sekali pertandingan.

Pelan-pelan, anak-anak Meksiko kehabisan energi dan konsetrasi juga. Argentina yang lebih sabar pun mulai menemukan ritmenya. Bola mulai sering ditahan oleh Riquelme. Berusaha membalik mendikte permainan. Tapi pertahanan Meksiko berjibaku.

Pertandingan pun berlangsung sampai extra time. Dan Maxi Rodriguez kembali menunjukkan kalau Argentina memang penuh bakat. Dari sebuah umpan cerdik Sorin, Rondriguez membuat sebuah gol terbaik di Piala Dunia ini. Sepakan luar kotak penalti dari sudut yang sulit. Tidak terduga.

Sebuah drama yang merampas napas.

Jerman bertemu Argentina di perempat final. Sayang sekali. Keduanya layak bertemu di final. Menurut gue, siapa yang menang dari pertandingan itu adalah Juara Dunia kali ini.

Segitu dulu deh. Italia bakal ditunggu Australia malam ini. Australia bakal merepotkan Italia. Hiddink sudah tahu bagaimana mematahkan gerendel Italia.

Swiss dihadang Ukraina. Partai dari tim underdog yang bakal membuktikan pada dunia sejarah apa yang bakal mereka sepakkan.

Brasil bakal diuji Ghana. Meski tanpa Essien, Ghana bakal tidak mudah dikalahkan. Kalau Brasil tidak bermain lepas, bahaya buat juara lima kali itu.

Dan Spanyol bertemu Perancis. Sementara Spanyol sedang on top form, sedangkan Perancis mendapatkan 'angin kedua' mereka.


nb: jadi penggemar bola butuh berhati besar, Ma... :D

Friday, June 23, 2006

Drama Begins!

Drama-drama yang menggetarkan hati mulai naik tensinya di Piala Dunia yang penuh taktik.

Salah satu yang cukup mendebarkan adalah pertarungan di grup E.

Ceska yang di luar dugaan ditekuk oleh Ghana harus menang lawan Italia. Karena baru memiliki nilai 3. Italia pun begitu. Karena bocah-bocah Italiano itu baru mengoleksi nilai 4. Ini seperti pertarungan hidup mati. Sebab Ghana yang sedang melawan USA juga masih punya kesempatan lolos ke babak 16 besar. Begitu juga USA yang menyimpan nilai 1 dan meningkat penampilannya.

Ceska adalah salah satu kuda hitam yang cukup kuat. Mereka punya ciri permainan yang khas. Cepat dan menusuk. Julukan kereta api cepat bukan omong kosong. Tapi entah kenapa permainan mereka tidak pernah konsisten dan gampang sekali frustrasi bila berhadapan dengan tim-tim dengan sejarah sepakbola lebih baik atau tiba-tiba diredam tim-tim underdog.

Di Piala Eropa 1996, dengan luar biasa mereka masuk final tapi ditelan Jerman. Begitu juga dengan Piala Eropa 2004. Mereka ditekuk sang juara cinderella, Yunani di semifinal.

Sekarang juga begitu. Impresif di pertandingan pertama dengan melumat USA 3-0. Mendadak kehabisan batu bara saat melawan Ghana. Lantas di pertarungan hidup-mati, mereka dihabisi Italia 2-0.

Pertarungannya sendiri seru sekali. Di babak pertama kedua tim bermain dengan kecepatan tinggi.

Nedved seperti sedang sial. Kurang lebih sekitar 3 atau 4 tendangan kerasnya diblok Buffon yang memang cemerlang. Di sudut gawang satunya lagi, Peter Cech juga menunjukkan kalau dia juga salah satu kiper terbaik dunia. Tapi pertandingan kemaren milik Buffon.

Marcello Lippi juga jadi pemenang. Dengan perhitungan matang dia tidak memasang top scorer pujaan publik Italia Luca Toni. Dia memasang Gillardino, Camoranesi dan Totti di barisan depan. Ketiganya bukan stiker murni, tapi attacking midfielder. Artinya Lippi mau matikan lapangan tengah Ceska yang berbahaya.

Taktik ini berhasil. Digabung dengan perangkap cerdas dengan menggunakan zona marking dan man to man marking. Membuat Kereta Cepat Ceska seperti menghadapi lumpur pekat di lapangan tengah. Bisa masuk tapi tidak bisa menembus lebih dalam. Milan Baros, sang stiker yang diharap bisa menggantikan Jan Koller, tidak berkutik.

Menit ke 17, Lippi terpaksa menarik Nesta, bek Italia yang cedera. Masuklah Materazzi. Dan 8 menit kemudian, lewat sepak pojok Totti, Materazzi mematahkan deadlock Italia dengan sundulannya yang menaklukan Peter Cech.

Ceski masih tidak berhenti. Terus menggempur. Buffon juga terus berjibaku dengan tembakan-tembakan jarak jauh karena pemain Ceska sulit untuk masuk kotak penalti.

Di akhir menit 45 pertama, Jan Polak, bek Ceska berambut kuning itu diganjar kartu kuning ke dua. Drama mulai jadi tragis buat Ceska.

Babak kedua, 10 prajurit Ceska itu dengan gagah berani menggempur. Tapi kelebihan satu orang membuat Italia menambah keunggulan lewan Inzaghi. Sebuah serangan balik yang maut.

Setelah itu Ghana-USA. Sekali lagi taktik bicara. Kali ini Bruce Arena mengintruksikan USA untuk menyerang. Beasley dan Dempsey bermain cemerlang. Ghana yang bermain frontal pun jadi sedikit harus 'lari-lari' karena serangan tajam USA. Sayang sang Kapten Amerika Reyna bermain buruk. Blundernya diserobot Haminu Draman hingga pemain Ghana berumur 20 tahun itu mencetak gol Piala Dunia pertamanya.

Selanjutnya permainan terus bergulir cepat. Dujkovic, sang pelatih Ghana terlihat waswas. Terutama ketika Dempsey menyeimbankan kedudukan lewat umpan brilian Beasley di menit 43.

Tapi anak-anak Ghana terlihat terus menggempur. Hasilnya sebuah penalti kontroversial buat Ghana. Ketika bek USA Onyewu mendorong Frimpong di kotak terlarang. Appiah, kapten Ghana, dengan tenang mengekskusi penalti. Kedudukan 2-1 buat Ghana.

Babak kedua giliran taktik Pfister yang berjalan. Dia memasukkan dua Addo, Eric Addo dan Otto Addo. Keduanya pemain tengah dan defender. Hasilnya lapangan tengah Ghana berisi pemain dengan tenaga segar dan fisik besar untuk bertarung dengan strategi serangan USA.

Menit-menit akhir babak kedua USA menggempur, tapi Ghana bertahan demi Afrika dengan baik. Hasilnya di 16 besar mereka harus berhadapan dengan Brasil.

Brasil sendiri memuncaki grupnya dengan menggilas Jepang 4-1. Seolah sudah terlepas bebas harus lolos ke babak 16 besar, Brasil menunjukkan taringnya. Meski di menit 34 Jepang membuat 'gempa' dengan lonjakan para pendukungnya. Keiji Tamada memaksa Dida memungut bola lebih dulu dibanding Kawaguchi dari dalam jaringnya. Sebuah assist brilian dari Alex [pemain Jepang kelahiran Brasil] membuat Tamada menemukan daerah kosong dan menembak.

Selanjutnya Samba menari dan Kawaguchi kembali menujukkan kelasnya sebagai kiper papan atas dunia. Sepanjang babak pertama pemain Brasil nyaris frustrasi. Sampai Ronaldo [akhirnya] berlari dan membuat tik-tak satu dua dengan Cicinho sebelum mencetak gol di menit 45.

Babak kedua milik Brasil. Tiga gol lagi bertambah lewat Juninho, Gilberto dan Ronaldo.

The Fat Phenomenon seolah ingin benar-benar membungkam kriti terhadap dirinya. Tapi buat gue ini tidak terlalu impresif. Tim sekelas Brasil baru bermain lepas setelah posisinya aman. Di babak hidup mati tidak ada kesempatan kedua model begini. Apalagi nanti yang dihadapi adalah Ghana. Yang memiliki daya juang sangat luar biasa.

Drama berikutnya datang dari Australia lawan Kroasia. Pertandingan yang luar biasa. Keras, cepat dan penuh ketegangan. Tiga kartu merah kembali keluar dari saku wasit. Meski yang terakhir cukup ajaib. Ketika wasit mengkartu merah Simunic setelah memerinya tiga kartu kuning! Sepertinya wasit Graham Poll pun ikut terbawa suasana ketegangan.

Pertandingan memang berjalan cepat. Dua kali handsball murni dari bek Kroasia Tomas dilewatkan oleh Poll. Tapi dia memberika hadiah penalti buat Australia. Craig Moore membalas gol tendangan bebas Srna di menit 3. Bola mati dibalas bola mati.

Hiddink nyaris membuat blunder ketika memasang kiper cadangan Kalac sebagai starter. Karena di menit 56 dia membuat blunder hingga Niko Kovac membuat kedudukan jadi 2-1 buat Kroasia.

Tapi Hiddink masih sanggup berkepala dingin. Setelag kebobolan dia memasukkan Aloisi, Bresciano dan Kennedy. Tiga pemain dengan daya serang tajam. Menggantikan Grella, midfielder, Chipperfield dan M Sterjovski, penyerang yang tenaganya sudah mulai terkuras.

Hasilnya di menit ke 80, Kewell akhirnya mencetak gol setelah beberapa kali kesempatan meleset. Skor 2-2 dan Australia akhirnya lolos ke babak 16 besar.

Australia menunjukkan daya juang tanpa henti yang menakjubkan. Dan Hidding selalu punya cara untuk menjaga energi anak-anak asuhannya.

Nanti Australia berhadapan dengan Italia. Ini batu ujian sesungguhnya. Sebab Italia adalah tim dengan daya tahan yang sanggup membuat siapa saja frustrasi. Dan kalau sampe Italia kalah, mending panggil Hiddink jadi pelatih Italia aja. Karena ini keduanya kalinya Hidding bertemu Italia, sejak Hiddink yang saat itu meltih Korea menggeser Italia di Korea-Jepang 2002.

Pertandingan lainnya seperti Pantai Gading dan Serbia juga seru meski keduanya tidak lolos, mereka bermain menyerang. Kedudukan 3-2 buat Pantai Gading. Menunjukkan mereka memang potensi yang harus diawasi nanti di Piala Dunia Afrika Selatan 2010.

Iran dan Angola bermain 1-1. Menutup napas harapan Angola untuk lolos ke 16 besar. Sementara Meksiko dikalahkah Portugal 2-1.

Pertandingan Meksiko dan Portugal juga menarik. Meksiko bermain luar biasa ngotot. Tapi seperti yang pernah gue bilang, mereka kalau bertemu tim besar suka berubah jadi emosional dan kasar. Luiz perez diusir wasit di menit ke 61.

Portugal sendiri unggil di menit 6. Lewat gol Maniche yang cantik. Lalu Portugal dapat hadiah penalti yang dieksekusi sempurna oleh Simao.

Empat menit setelah penalti di emnit ke 24 itu, Fonseca membalas buat Meksiko. Skor 2-1. Selanjutnya Meksiko menggenjot serangan terus menerus.

Solari mengistirahatkan Cristiano Ronaldo, Deco dan Pauleta. Artinya Portugal memang ingin bermain aman. Meski ternyata masih bisa menyengat.

Menit ke 58 giliran Meksiko mendapat hadiah penalti. Tapi drama terjadi. Omar Bravo, yang sedang bersinar bintangnya menendang jauh dari gawang Alexandre Ricardo.

Kedudukan tidak berubah 2-1 buat Portugal. Portugal ditunggu Belanda di perdelapan. Sementara Meksiko menghadapi the on fire Argentin boys.

Berikutnya Belanda-Argentina. Ah, sesuai dugaan. Keduanya bermain safe. Membuktikan kalau sepakbola modern lebih mengedepankan taktik dibanding bermain lepas dan menghibur.

Van Basten mengistirahatkan Robben dan menempatkan Kuyt di sana. Pekerman mengistirahatkan Saviola, Sorin dan Crespo. Memasang Messi dan Tevez sebagai strater.

Pertandingan tetap menarik. Serangan tetap mengalir dari kedua tim. Kuyt membuat sebuah peluang tapi gagal. Argentina juga begitu. Sebuah sepakan Rodriguez melebar beberapa inci dari gawang Van Der Sar.

Argentina memainkan skill-skill individu yang mantap. Sementara Belanda bermain organisasi yang baik. Khalid Boulahrouz, ditambah dua cadangan Tim De Cler dan Jaliens bermain ciamik di barisan belakang. Bisa jadi mereka nanti jadi starter karena bermain bagus.

Tapi gue jadi makin khawatir dengan Belanda. Van Basten sepertinya lelah dengan pujian bermain cemerlang tapi tidak pernah mengangkat trofi. Dia pun memainkan taktik-taktik untuk mencapai itu dan 'mengorbankan' sepakbola impresif ala Holland.

Sepertinya Basten melihat skuad yang ada dan mengukur semuanya dari sana. Menyimpan tenaga buat 16 besar.

Beberapa tim menunjukkan kecenderunga begitu. Antara lain Inggris, Italia dan Brasil.

Namun ada beberapa tim yang masih menampilkan sepakbola yang memikat di babak grup ini. Jerman [harus gue akui] dan Argentina.

Tapi drama lebih hebat baru saja akan dimulai!


nb: makin seru nih Ma!

Lulus!

Akhirnya Umma berhasil dengan sukses menekuk tim pengujinya.

Ya, my rainbow telah menyelesaikan sidangnya dengan baik. Dapet A-. Karena UI menaikkan standard nilainya, A- itu sama dengan nilai A dulunya.

Apa pun hasilnya, gue tetep bangga. Karena gue tau hasil itu dia dapet dengan jugkir balik. Bukan dari 'merevisi' ide orang lain. Bukan dari hasil kerja yang tidak solid. Itu yang penting.

Karena hasil akhir adalah konsekuensi logis dan seperti rejeki. Persis yang Rijkaard bilang, 'goal is another thing'. :)


nb: that's you tears, sweat and blood Ma. Be proud of it... :)

Wednesday, June 21, 2006

Buat Umma

Di tengah tim dunia bertanding, my Umma besok juga 'bertanding'.

Umma-ku besok sidang. Sebentar lagi kuliah D3-nya bakal selesai. Dia bikin dokumenter tentang pelanggaran Perda prosedur pemakaman di Tanah Kusir. Tanah Kusir adalah pemakaman terluas di Jakarta. Dan ternyata pelayanan publik di sana memang bermasalah. Selama ini mungkin hanya dari mulut ke mulut aja berita itu tersebar. Umma sama teman-temannya berusaha mencari dan membongkarnya. And I'm proud with that. Dan ngiri. Skripsi gue dulu 'biasa-biasa' aja. Padahal niat banget bikin sesuatu yang ada impaknya ke orang banyak.

Semoga besok Umma bisa 'menekuk' tim pengujinya dengan brilian. Amin.

nb: really Ma, aku ngiri dan bangga banget sama kamu...

Menuju Perdelapan

Mulai menjelang babak hidup-mati.

Impaknya beberapa tim yang sudah pasti lolos seperti ingin bersiap dengan bermain aman di pertandingan terakhir grup masing-masing.

Ekuador contohnya. Melawan Jerman, Luis Suarez menyimpan lima orang pemain intinya. Termasuk duet pencetak gol Carlos Tenario dan Agustin Delgado.

Sementara Jerman dengan beraninya turun full team. Termasuk Ballack yang sudah menyimpan satu kartu kuning. Sepertinya Klismann ingin menunjukkan pada publik Jerman kalau timnya adalah tim yang haus kemenangan. Sekaligus mencoba menghindari Inggris.

Dan Jerman dengan sialannya membuktikan itu. Klinsmann sepertinya mengerjakan PR-nya dengan baik. Dia melihat bagaimana Ekuador saat menekuk Polandia yang merupakan tim Eropa. Kekuatan Ekuador adalah permainan lincah dari tengah. Ciri khas tim dengan fisik yang lebih kecil dibanding Eropa.

Untuk itu, Klinsmann mengintruksikan pemainnya bermain bola panjang. Langsung ke kotak berbahaya lawan. Ekuador terlihat kelabakan diserbu begitu rupa dan pola mereka yang tidak berkembang.

Akibatnya baru empat menit main, Klose sudah menambah koleksi golnya. Berawal dari umpan panjang langsung ke Bastian Schweinsteiger yang kembali dengan cerdik melakukan track ball datar ke pada Klose. Ini membuktikan kalau Schweinsteiger adalah pemain dengan visi tajam. Saat di partai pembukaan dia melakukan umpang matang yang jadi ke gol untuk Klose.

Semenit menjelang turun minum Klose kembali menambah gol. Kali ini Ballack yang menjadi otaknya. Kapten Jerman itu secara cerdik memberikan umpan daerah pada Klose dengan mencungkil bola.

Lalu sebagai gol penutup Lukas Podolski yang dianggap belum on form akhirnya menceploskan bola.

Jerman bermain impresif. And I hate that.

Sementara di partai berikutnya, Inggris kembali bermain tidak meyakinkan melawan Swedia. Memang Inggris belum pernah menang selama 30 tahun terakhir kalau tidak salah dengan Swedia.

Semalam sejarah pun belum pecah. Skor 2-2. Duet Owen-Rooney yang ditunggu-tunggu dunia, secara tragis hanya terjadi dalam tempo 16 detik. Karena Owen terkena cedera akibat gerakannya sendiri saat mengoper bola. Cedera yang terlihat cukup parah. Akhirnya Peter Crouch pun masuk menggantikan Owen.

Dengan mencadangkan Gerrard karena sudah terkena satu kartu kuning, Eriksson menurunkan Hargreaves. Gue melihat hal ini entah kenapa seperti membuat Joe Cole bermain lebih berani. Seperti menemukan formnya. Hasilnya di menit ke 34, Cole membuat salah satu gol yang akan dikenang dalam sejarah Piala Dunia. Sebuah bola lob yang terukur.

Sayang di menit ke 51, Allback membalas gol itu. Gue melihat Lampard belum perform dengan baik. Dengan krisis striker seperti sekarang, serangan lapis ke dua sangat diharapkan. Dan kalau Lampard main, maka Gerrard yang naluri golnya terbukti lebih baik jadi lebih defensif. Kalau Lampard menemukan iramanya, harusnya paduan dua orang ini jadi dahsyat. Karena second line Inggris jadi sangat berbahaya. Sayang Lampard masih belum on fire.

Rooney sendiri bermain seperti biasa. Hanya saja masih belum fit 100%. Sodokannya masih belum semembunuh biasanya. Dipasangkan dengan Crouch malah tidak cocok. Karena keduanya sama-sama striker yang beroperasi dari belakang striker yang jadi target man.

Rooney pun ditarik Eriksson keluar, dan bocah temparemental itu pun memukul atap bench. Gerrard masuk dan mencetak gol di menit ke 85. Gue pikir ini formasi yang pas. Satu striker dengan Gerrard dan Lampard mengintai di second line. Hargreaves jadi jangkar di tengah.

Sayang Swedia memang benar-benar tahu bagaimana menghadapi Inggris. Di menit 90 Larsson membalas gol Gerrard dengan memanfaatkan keterlambatan Sol Campbel menghalau bola.

Dua pertandingan lainnya, Poland-Costa Rica dan Paraguay-Trinidad & Tobago terlihat seperti persahabatan. Tapi tetap semangat. Poland-Costa Rica sudah tidak mungkin lolos, tapi keduanya bermain lepas. Poland menang 2-1 lewat gol yang diborong Bosacki di menit 33 dan 66. Sementara Costa Rica unggul lebih dulu lewat Gomez di menit 24.

Sementara Trinidad & Tobago yang kalau saja menang bisa berharap lolos, malah ditekuk Paraguay 2-0. Satu lewat own goal Sancho di menit 25 dan satu lagi Cuevaz di menit akhir pertandingan.

Jadilah T & T pulang tanpa menciptakan gol sama sekali di Piala Dunia pertama mereka.

Ah nanti malam Argentina lawan Belanda. Kita lihat apakah keduanya bakal main safe atau jaga gengsi. Gue sih berharap Belanda main ngotot. Karena ini Piala Dunia mentalitas lebih bicara. Bahaya sekali kalau bermain safe. Resikonya bisa kehilangan momentum. Dulu pernah terjadi pada Nigeria di Perancis 98. Mereka bermain safe saat sudah pasti lolos ke babak 16 besar. Di partai hidup mati itu mereka disikat Denmark 4-1. Oliseh, pemain Nigeria, mengatakan dengan bermain safe, Nigeria kehilangan momentum yang saat itu sedang menanjak naik.

Dan kalau Belanda bisa menekuk Argentina, akan menyuntikkan darah mentalitas yang penuh. Disamping menjaga supremasi 10 taun terakhir, dimana Argentina belum pernah menang lawan Belanda.

Kuncinya adalah dengan mempersempit lapangan tengah dan memaksimalkan Robben dan Van Persie. Atau bisa juga dengan langsung bermain lebar dan menahan tik-tak Argentina di barisan belakang.

Ah, cross the finger!


nb: udah sampe mana Gilmore Girlsnya, Ma? :)

Tuesday, June 20, 2006

Fluktuatif

Makin ke sini Piala Dunia kali ini makin tidak bisa dikira-kira. Fluktuatif sekali.

Misalnya saja Arab-Ukraina. Melihat permainan Arab saat melawan Tunisa, banyak yang melihat sepak bola Arab meningkat secara kualitas level. Dua gol ke gawang Tunisia adalah hasil serangan yang terukur. Set-up yang sempurna. Arab bermain dengan sangat kompak dan penuh determinasi.

Sementara Ukraina saat melawan Spanyol seperti kena santet. Diam begitu saja disikat 4-0. Seolah tidak menunjukkan ciri-ciri kuda hitam seperti yang diperkirakan banyak orang karena ada striker maut Andriy Shevchenko di sana.

Tapi ketika benar-benar bertemu, semua potensi Arab seperti tenggelam. Para pemainnya terlihat seperti kehilangan motivasi untuk menang. Mereka seperti mengambang saja di garis tengah. Tidak melakukan pressing. Membiarkan Rebrov dan Kalinichenko mengatur serangan. Menit ke empat Andriy Rusol sudah menyepak bola masuk ke gawang Arab. Lalu Rebrov membuat gol indah dari luar kotak penalti ke gawang Mabrouk Zaid. Babak ke dua Shevchenko dan Kalinichenko menuntaskan supremasi Ukraina terhadap Arab.

Hasilnya, Ukraina membayar kontan kebobolan 4-0 oleh Spanyol dengan membobol Arab 4-0 juga. Shevchenko seperti baru menemukan sepatunya dan bermain menginspirasi timnya. Kalau bisa lebih sabar, Arab bisa digunduli lebih dari 4 seperti ketika dilindas Jerman 8-0 empat tahun lalu di Korea-Jepang.

Lalu Spanyol-Tunisa. Harusnya Spanyol yang perkasa bakal bisa menguasai pertandingan dengan mudah karena Tunisia memang kalah level dan terlihat sedikit repot melawan Arab.

Kenyataannya Spanyol yang dibikin repot. Bahkan sempat tertinggal 1-0 dulu di menit ke 8 lewat gol Jaouhar Mnari. Lantas sampai menit ke 70, Tunisia tetap bisa mempertahankan kemenangan mereka dan membuat pendukung Spanyol menggigiti jari mereka.

Tapi digempur selama hampir sepanjang babak akhirnya membuat pertahanan Tunisia rapuh juga. Raul mematahkan deadlock dengan gol-nya di menit ke 72. Disambung oleh Torres empat menit kemudian dan ditutup juga oleh Torres dengan penalti di menit 90.

Ini di luar dugaan. Spanyol selama ini dikenal sedikit lemah dalam daya juang, mau jungkir balik dan tidak jatuh mentalnya saat tertinggal oleh tim yang bisa dibilang dua level di bawah mereka.

Sekaligus menunjukkan betapa fluktuatifnya Piala Dunia kali ini. Tim yang di pertandingan sebelumnya superior bisa saja melempem di pertandingan berikutnya. Konon bandar judi banyak menang besar di babak penyisihan grup ini.

Kalau Togo versus Swiss, sebenarnya sudah bisa ditenggarai kemenangan Swiss ketika anak-anak Togo yang bermain ngotot saat dilipat Korea menyatakan boikot karena uang bonus lolos ke World Cup tak kunjung muncul di rekening bank mereka. Sudah ada problem internal yang cukup serius.

Hasilnya terlihat di lapangan. Cuma Adebayour saja yang bekerja keras. Terlihat sekali dia berusaha mengajak teman-temannya semangat bermain. Tapi gagal.

Frei dan Barnetta mencetak kemenangan 2-0 buat Swiss. Swiss sendiri bermain lebih berani. Pressing yang cenderung memadatkan lapangan dan bernapaskan bertahan didorong untuk lebih runcing menyerang.


Malam ini masuk ke pertandingan akhir grup. Grup A Jerman-Ekuador keduanya sudah aman. Tapi Ekuador pasti ingin melanjutkan kejutannya atau tidak mau kehilangan momentum para pemainnya yang sedang menanjak. Jerman bisa saja main aman, tapi di grup B ada Inggris dan Swedia. Rasanya punya kesempatan tidak bertemu Inggris lebih dulu di 16 besar rasanya lebih tenang.

Inggris sendiri bakal lawan Swedia. Ini seru. Dugaan gue Eriksson pasti menghindari Jerman yang bisa jadi juara grup A. Caranya dengan jadi juara grup B. Sebab juara grup bertemu dengan runner up grup sebelahnya.

Di grup C, Belanda-Argentina adalah partai yang bisa saja membosankan karena mereka mungkin bakal main safe. Tapi bisa juga dilatari ingin membalas gengsi ketika kalah di Perancis 1998 [Bergkamp mencetak salah satu gol Piala Dunia terbaik sepanjang masa] bakal membuat anak-anak Argentina akan main ngotot.

Grup lainnya bakal seru. Karena perhitungan nilainya sangat variatif. Brasil-Jepang misalnya. Jepang harus menang kalau masih ingin merasakan putaran 16 besar. Apalagi grupnya Italia. Serbu banget.

Siap-siap ah. Begadang jangan begadang....


nb: sabar ya Ma... kamu bebas deh nonton Gilmore Girls kalo siang... :)

Sunday, June 18, 2006

Shocking!

Belanda menang. Tapi banyak yang mengejutkan!

Pertama Argentina yang merebus Serbia & Montenegro 6-0. Ya, enam kosong. Sebelumnya seharian gue sama direksi 442 rapat seru soal cover edisi ke 2. Gue datang dengan ide dobel cover. Argentina dan Brasil. Ide itu datang karena ingin terus keep-up dengan profil yang baik yang sudah terpatri di benak pasar terhadap 442. Sentimennya bagus.

Tapi ini sebuah keputusan gambling yang sangat amat beresiko. Sebab kita terbit sekitar tanggal 29. Sementara Argentina sudah menyelesaikan putaran keduanya. Kalau kalah gimana? Yang lebih parah: bagaimana kalau Argentina kalah dan tidak lolos ke putaran 2? Ada yang bilang tidak mungkin. Tapi bisa saja terjadi. Begitu juga dengan Brasil. Tapi kalau Brasil, rasanya tidak ada yang tidak memprediksikan mereka. Kalau sampai salah publik akan maklum.

Perhitungan pun digelar. Debat sana-sini. Sempat diputuskan cover Argentina di drop. Tapi gue membuat situasi goyang lagi dengan merasa sangat sayang dengan disain yang dibuat anak-anak grafis. Bisa sangat shocking. Lihat saja nanti. Disamping gue melihat potensi besar Argentina melaju jauh melewati putaran ke dua.

Akhirnya diputuskan tunggu Argentina Vs Serbia.

Dan hasilnya luar biasa mengejutkan. Baru menit ke 6, Rodriguez sudah mencetak gol hasil permainan passing yang cantik. Gol keduan Argentina lebih gila lagi. Setelah menjalani 24 kali passing, Crespo dengan brilian melakuan backheel pass yang disambar Cambiasso.

Selanjutnya gol-gol mengalir lewat passing game paling memikat yang pernah gue tonton.

Kenapa Serbia yang dikenal punya pertahanan tangguh dan tebal bisa seperti ini? Jawabannya adalah benturan gaya permainan.

Selama babak penyisihan Serbia menghadapi gaya permainan Eropa yang cenderung cepat, keras dan tegas. Bola cenderung datang langsung menusuk. Mereka bisa menangani itu dan cuma kebobolan satu gol. Ini dahsyat.

Namun saat bertemu gaya Latin Argentina yang menari-nari, Serbia tidak punya pengalaman. Tembok yang kukuh itu mendadak jadi terlihat kaku menghadapi serangan yang lincah.

Profil pemain bertahan Serbia itu kukuh dan siap menahan gempuran langsung. Plus bola-bola atas. Begitu yang dihadapi adalah umpan backheel atau kaki-ke-kaki yang begitu tricky tak terbaca, mereka bagai kue lapis bertemu silet. Terbelah dengan mudah.

Boy Wonder Messi yang dimasukkan di babak kedua pun bisa menghasilkan satu assist buat Crespo dan mencetak gol ke 6.

Luar biasa Argentina. Semua pemain bermain dengan sangat prima. Nyaris tidak ada bintang lapangan. Tapi Rodriguez, Riquelme, Tevez, Mascherano dan Messi layak diberi catatan khusus.

Selanjutnya Belanda lawan Pantai Gading. Sesuai dugaan gue partai ini berlangsung frontal dan seru. Pantai Gading punya kecepatan yang tinggi dan tendangan keras yang mematikan.

Belanda sendiri akhirnya bisa bermain lebih imbang. Tidak hanya mengandalkan sisi kiri. Basten menjalankan taktik dengan selalu merotasi Robben dan Van Persie. Serangan lebih mengalir dan menyeluruh. Belanda mencuri gol lebih dulu di menit 23 lewat tendangan bebas Van Persie yang terukur.

Empat menit kemudian, Robben memberikan umpan pada Ruud Nistelrooy. Gol yang mungkin membuat Sir Alex Ferguson akan berpikir ulang dan ingat kalau Ruutje memang striker kelas dunia.

Selanjutnya Pantai Gading melawan. Belanda juga terus dominan dengan Van Persie yang bermain cemerlang. Seolah ingin menunjukkan pada dunia kalau Belanda bukan tim 'kidal'.

Belanda bermain khas. Menyerang dan menyerang dengan pertahanan yang terbuka. Akibatnya menit 38 sebuah gol indah di cetak Kone.

Pada babak kedua, Van Basten menunjukkan kelasnya sebagai pelatih. Dia pun mengejutkan dunia dengan memperlihat apa yang selama ini jarang terlihat. Belanda ternyata bisa bertahan.

Bukan, bukan bermain negatif. Tapi memainkan taktik bertahan dengan displin dan penuh konsetrasi. Basten menarik Ruutje dan memasukkan Landzaat. Gelandang bertahan. Ini menunjukkan kalau 'bertahan' dalam kamus Basten adalah menebalkan lapangan tengah bukan menambah bek. Sementara Van Der Vaart yang punya naluri menyerang tinggi juga dimasukkan mengganti Sneijder yang midfielder murni. Terlihat imbangan yang dilakukan Basten.

Meski begitu, gue tetap ragu. Walau berharap Belanda juara, deep down inside gue merasa ini bukan saatnya. Pemain-pemain Belanda kali ini muda-muda. Sementara putaran kedua adalah ujian mental. Karakteristik Robben, Persi, Sneijder dan yang lain masih gampang sekali diintimidasi. Bahaya kalau nanti bertemu Jerman atau Argentina yang dikenal sering bermain-main dengan mental lawan.

Mungkin sekarang jadi batu uji buat jadi kampiun di Piala Eropa 2008. Setelah itu baru 'tertawa paling akhir' di Piala Dunia 2010.

Mudah-mudahan gue salah.

Kejutan berikutnya datang dari Mexico-Angola. Didengungkan sebagai kuda hitam yang kuat Mexico malah melempem. Ditahan seri tanpa gol oleh Angola yang bermain taktis. Bahkan dengan sepuluh orang saat Andre Macanga, midfielder Angola, diusir wasit.

Mexico seperti kehilangan kelincahan dan kerja keras yang ditunjukkan saat menerabas Iran 3-1. Posisinya jadi sedikit terancam Angola yang nanti pertandingan terakhir melawan Iran. Sementara Mexico ditunggu Portugal.

Portugal sendiri mengirim Iran pulang dengan skor 2-0. Meski bermain dengan menganggap remeh lawan, Portugal masih bisa menang. Untung saja. Para pemain Portugal seolah ingin menujukkan skill mereka pada dunia. Terkesan sombong dan ingin bermain elegan. Terutama Figo dan C. Ronaldo.

Sayang sekali Iran tidak bermain seimpresif saat melawan Mexico. Mereka memilih bertahan. Akibatnya permainan pun setengah lapangan.

Meski begitu beberapa kali ada juga serangan Iran yang nyaris membalik keadaan. Untung saja Deco membuat gol bagus dari luar kotak penalti. Setelah itu gol berikutnya dicetak C. Ronaldo lewat titik penalti.

Namun tidak ada yang mengejutkan gue saat Ghana menekuk salah satu tim yang memikat gue di pertandingan pertamanya. Ghana menelan Republik Ceska 2-0.

Ghana memang berpotensi. Saat melawan Italia saja, kalau mental mereka bisa menahan napsu bisa jadi lain ceritanya. Saat masalah mental sepertinya kelar dan mereka bermain lebih tenang, kereta laju Eropa pun dihentikan.

Benar-benar dihentikan. Lapangan tengah Ceska yang biasanya mendudu, ditahan oleh Stephen Appiah dan kawan-kawan. Rosicky, Nedved dan Poborsky seperti tidak bisa mengembangkan permainan. Modal anak-anak Ghana adalah kekuatan fisik dan skill khas Afrika yang natif.

Hasilnya gol paling cepat sejauh ini. Menit ke 2, Asamoah Gyan memaksa Peter Chech mengambil bola dari dalam jaringnya.

Selanjutnya Ceska yang digempur. Meski sesekali Ceska menyerang, mereka kehilangan Koller sang menara di barisan depan. Berpengaruh sekali hilangnya sang striker penggampar bola itu. Seolah serangan Ceska tak berujung.

Ghana terus memainkan passing-passing pantul yang sulit ditebak. Dan mereka bermain lebih dingin dan lebih tenang. Mulai bisa mengontrol emosi.

Malah Ceska yang kehilangan pemain ketika Ujfalusi dihadiahi kartu merah dan mengakibatkan penalti. Meski penalti Gyan membentur tiang gawang.

Peter Cech pun menunjukkan dirinya sebagai kiper luar biasa. Kalau dia tidak bermain sedahsyat itu, Ceska bisa disikat 4-0 oleh Ghana. Hanya akhirnya tendangan Muntari yang luar biasa keras menaklukan kembali Chech.

Kalau Ghana terus bermain begini bisa-bisa dia juara grup. Mereka akan berhadapan dengan USA di pertandingan terakhir grup. Sayang Gyan dan Muntari tidak bermain karena akumulasi kartu kuning.

Kenapa Ghana juara grup? Karena Italia memberikan kejutan di pertandingan berikutnya. Melawan USA anak-anak Italia menunjukkan partai paling brutal dalam sejarah Piala Dunia yang menghasilkan tiga kartu merah. Satu buat De Rossi yang menyikut lawan hingga berdarah. Dua lagi buat Pablo Mastroeni dan Eddie Pope dari USA.

Sepuluh lawan 9. Hasilnya 1-1. Karena setelah unggul lewat gol Gilardino, Zaccardo membobol gawangnya sendiri.

USA sendiri di luar dugaan bermain luar biasa. Bruce Arena memasukkan Clint Dempsey yang terbukti merepotkan barisan Italia yang entah kenapa tidak solid. Mereka seperti menganggap enteng lawan hingga mengurangi konsetrasi. Menit ke 22 memang mereka unggul, tapi menit ke 27 mereka kebobolan sendiri.

USA menunjukkan semangat bermain yang tinggi. Bahkan di menit 65 gol Beasley dianulir karena offside.

Grup ini akhirnya jadi sulit diperdiksi. Italia pegang nilai 4. Ghana 3. USA 1 dan Ceska 3. Siapa saja bisa lolos. Skenarionya jadi seru. Bisa jadi ada kejutan lagi nanti.


nb: udah mulai ngerti bola kan kamu sekarang, Ma? :D

Friday, June 16, 2006

My Hope, My Doubt

Belanda selalu masuk turnamen dengan 'usual doubt' dari para penggilanya.

Gue baca headline ini saat Eropa 2004 di Potugal. Ada benarnya. Belanda memang sudah mematri di kepala setiap publik bola kalau mereka adalah tim yang brilian. Penuh inspirasi. Briliant Orange.

Memainkan sepakbola menyerang yang indah. Cepat dan cerdas. Tapi... kalau mereka bisa disatukan oleh figur yang semua hormati.

Tahun 1974 ada Rinus Michel dan Johan Cruyff. Tahun 1988 kembali ada Rinus Michel. Cuma dua nama memang yang konon dihormati oleh pemain-pemain berbakat besar Belanda. Michel dan Cruyff.

Masalahnya ada di sana dua orang itu sudah tidak mungkin pegang tim Nasional Belanda. Cruyff memang bengal. Sejak 1978 saja dia sudah tidak mau masuk skuad. Pada saat 1974 dia mempreteli satu lajur hitam dari tiga yang ada di bahu kaos KNVB karena dia bukan disponsori Adidas secara personal seperti tim Belanda. Aksi yang legendaris sampai sekarang. Sementara Michel jelas tidak bisa melatih dari alam kubur. Rinus The Great meninggal di usia 1977 tahun 2005.

Ego. Itu persoalannya. Bakat pemain Belanda itu besar-besar. Ruud Gullit sempat ribut dengan Dick Advocaat pada saat Piala Dunia 1994. Menggoyangkan keseimbangan tim.

Kalau saja bisa disatukan, hasilnya dahsyat. Kasus ini agak mirip dengan Brasil.

Sekarang apakah Van Bastem bisa menyatukan itu? Van Persie sudah membuka mulut soal betapa individualistisnya Robben. Robben menanggapinya dengan, dia bisa main lebih bagus lagi dari saat menekuk Serbia.

Di mata gue Van Basten tidak sekharismatik Cruyff apalagi Michel. Dulu rekan satu timnya di super 1988, Rijkaard sempat menjanjikan di Euro 2000. Dan sebenarnya prestasi Rijkaard tidaklah buruk. Mereka kalah adu penalti dengan Italia yang bagai bermain di kotak penalti sendiri saat itu. Tapi ego Rijkaard mengatakan lain. Dia mundur.

Melihat susunan pemain yang sekarang, sudah yang terbaik yang Van Basten punya. Taktik terbukti berjalan cukup mulus di pertandingan awal. Tapi persoalan ego belum terselesaikan.

Pembuktiannya malam ini saat melawan Pantai Gading yang juga bermain frontal. Pertandingan gue prediksi bakal seru. Belanda kalau direspon bisa menggila mainnya. Tapi apakah ego bisa disatukan demi kepentingan tim?

My hope, my doubt is with you Meneer Basten!


nb: aku bukannya nggak seneng Belanda menang kemaren Ma...

Suasana Mulai Membaik

Seorang teman mengatakan ini Piala Dunia yang membosankan.

Dibandingkan dengan 2002, katanya, German 2006 minus kejutan. Korea-Jepang 2002 memang banyak kejutan. Terutama tumbangnya tim-tim besar di putaran ke dua.

Dan memang partai awal-awal Piala Dunia kali ini agak cenderung mengambang. Tapi ada juga partai-partai yang menarik. Yang datang justru dari tim-tim non unggulan.

Namun masuk ke pertandingan kedua. Suasana mulai seru.

Ekuador lawan Costa Rica contohnya. Di luar perhitungan kritikus, pengamat dan dukun mana pun, tak ada yang meramalkan Ekuador akan sebaik ini. Melipat Polandia 2-0, lalu mengirim Costa Rica pulang dengan skor 3-0.

Luar biasa sekali Ekuador. Mereka dengan sabar membangun serangan dari lapangan tengah. Khas Amerika Latin, ditambah pergerakan cepat sayap dan ada Carlos Tenario yang seperti menemukan momentumnya di Piala Dunia ini.

Baru 8 menit jam wasit bergerak Tenario sudah memaksa kiper Jose Porras memungut bola dari dalam jaringnya. Gol cepat ini seperti mengerosi mental The Ticos.

Edison Mendez kali ini tidak cemerlang sendirian di tengah. Barisan belakang Ekuador juga memberikan kontribusi yang luar biasa. Mereka begitu disiplin dan rapi. Di samping Costa Rica yang entah kenapa seperti terbebani oleh ambisi lolos ke babak kedua. The Ticos seperti kehilangan kecepatan yang mereka sodorkan pada saat melawan Jerman. Paul Wanchope terlihat terasing sendiri di depan.

Menit awal babak kedua, giliran Agustin Delgado yang mencetak gol. Costa Rica makin drop. Ekuador kian menggila. Seolah menunjukkan dataran tinggi atau rendah tak ada bedanya buat mereka. Pemain pengganti Ivan Kaviedes melengkapi kejayaan Ekuador dengan gol yang sangat manis di ujung pertandingan.

Sekarang dengan gagah Ekuador memuncaki grup A dengan selisih gol yang lebih baik dibanding Jerman. Ekuador memasukkan 5 gol tanpa kebobolan. Jerman memasukkan 5 kebobolan 2.

Tinggal menentukan siapa yang juara grup A atau menjadi runner up nantinya saat keduanya bertemu.

Sekarang pertandingan yang ditunggu banyak orang. Inggris-Paraguay. Ekspektasi dan pembuktian Inggris dipertaruhkan di sini. Meski mereka sudah mengoleksi nilai penuh 3 di pertandningan awal, tapi performanya mereka mengecewakan.

Babak pertama Inggris bermain lebih baik dari pertandingan pertama. Dan Trinidad & Tobago bermain negatif. Formasinya nyaris 9-0-1. Akibatnya semua serangan anak-anak Britania mentok terus. Owen pun masih bermain tidak dalam top formnya. Crouch saja yang terlihat ke sana kemari.

Beberapa kesempatan terbuang percuma. Lampard seperti sedang apes sekali. Semua tendangannya tidak ada yang mematikan. Sebuah kesempatan emas dari Crouch yang sudah berdiri bebas di depan gawng Hislop, malah melenceng.

Babak kedua situasi baru membaik ketika Lennon masuk menggantikan Carragher yang tidak berfungsi dan Downing menggantikan Joe Cole.

Ketika umpan dada Lennon disambut Beckham dengan umpan khas dia yang brilian, Crouch mencetak gol pertamanya di Piala Dunia.

Setelah itu Hislop kembali harus ditaklukan Gerard dengan tendangan jarak jauhnya. Fans Liverpool pasti melonjak dalam ekstase.

Setelah 83 menit bermain kebingungan, akhirnya Inggris menemukan pacing-nya. Beckham seolah baru menemukan kaki kanannya lagi.

Gue melihat Eriksson harus memikirkan lapangan tengah mereka. Pertama bagian sayap. Lennon sepertinya harus dimasukkan jadi starter. Karena Jamie Carragher lebih bermental bek. Lantas bagaimana memfungsikan Lampard dan Gerard. Siapa yang jadi jangkar, siapa yang jadi second striker. Kalau pun mau dishift seperti apa timing-nya.

Lalu berlanjut ke Swedia lawan Paraguay. Ini juga seru. Swedia seperti biasa bermain cepat dan impresif. Paraguay berusaha merebut lapangan tengah dan memainkan irama lewat kaki Robert Acuna.

Tapi pertandingan dikuasai Swedia secara penuh. Hanya saja ada lubang di barisan depan Swedia. Semua serangan seperti menumpul. Ibrahimovic seperti belum menemukan momentumnya di Piala Dunia ini. Tidak menunjukkan kelasnya sebagai salah satu striker tajam dunia.

Paraguay sendiri bermain dengan pertahanan rapat dan sesekali membangun serangan dari bawah. Tapi terlihat sekali mereka lebih mengincar seri.

Akhirnya setelah tanpa henti menyerang, di menit-menit akhir sundulan Ljungberg mengantar Paraguay menangis di akhir pertandingan.

Di sini serunya. Meski sampai menit-menit akhir, pertandingan-pertandingan kedua ini, masih tetap menyodorkan thrilling. Membuat menunggu. Bahkan Ekuador yang sudah unggul 2-0 saja masih terus menekan. Tim-tim besar harus jungkir balik buat menang dengan tipis.

Malam ini Belanda main lagi. Degdegan gue...


nb: masih sempet kan... ;p

Thursday, June 15, 2006

Korea Yang Cerdik, Brasil Yang Biasa dan Kolektifitas Swiss

Dan Arab-Tunisia yang seru. Lalu Spanyol yang menggila plus Jerman yang membuat gue khawatir.

Korea melawan Togo membuka mata gue bahwa cuaca memang isu yang luar biasa. Panas yang rata-rata 30 derajat Celcius itu menjadi tudingan banyak pihak karena menguras stamina. Tapi tidak untuk Dick Advocaat.

Pelatih Korsel asal Belanda itu berani bertaruh dengan taktik menyimpan tenaga. Di paruh pertama terlihat sekali Korea seperti menyimpan energi. Gue sempat mengerutkankan kening melihat Korea yang dikenal dengan speed and power terlihat tidak bertenaga. Sodokan Lee Young Pyo, salah satu bek kiri favorit gue, tidak terlihat. Park Ji Sung pun seperti ragu-ragu untuk meneruskan terobosan-terobosannya. Advocaat mengambil resiko tinggi, karena Togo berhasil mencuri gol di babak pertama lewat Mohamed Kader. Togo sendiri bermain lugas dengan target man Adebayuor.

Korea sendiri masih sempat mencakar sesekali di babak pertama. Tapi belum bisa merobek gawang Kossi Agassa.

Togo terus menekan, tapi kiper Lee Won Jae berhasil menjinakkan beberapa situasi kritis.

Babak kedua Korea baru menunjukkan speed and power mereka. Sepakan Park Ji Sung sempat membuat Otto Pfister, pelatih Togo bertongkrongan mirip disainer kondang ini, melotot. Sayang tendangan Ji Sung melebar.

Masuknya pahlawan 2002 Ahn Jung Hwan juga seperti menambah darah. Bagai pasokan gingseng baru. Di menit ke lima puluhan, gerakan bepotensi gol dari Park Ji Sung dijegal kapten Togo Jean-Paul Abalo. Abalo sebelumnya sudah menerima kartu kuning. Jegalan itu keras. Abalo pun diganjar kartu merah. Tendangan bebas buat Korea di ujung kotak penalti. Lee Chun Soo yang mengambil dan sebuah gol cantik tercipta. Agassa melakukan blunder karena tidak bisa membaca arah bola yang keras tapi sebenarnya tidak terlalu menyulitkan.

Korea pun terus menggempur. Togo mulai habis bermain dengan 10 pemain. Ahn Jung Hwan kembali menentukan kemenangan Korea dengan tendangan jarak jauhnya. Advocaat meloncat dari bench. Minimal dia masih bisa menyuplai harapan rakyat Korea yang empat tahun lalu dilambungkan rekannya Guus Hiddink. Paling tidak peluang lolos ke putaran kedua jadi terlihat realistis.

Lantas Perancis lawan Swiss. Perancis dianggap sebagai salah satu calon tapi tidak dijagokan. Karena setelah Eropa 2000, entah kenapa tim Ayam Jantan ini seperti kehilangan jenggernya. Pulang lebih cepat tanpa gol di Korea-Jepang 2002 sebagai juara bertahan.

Meski sebenarnya, Perancis masih dipenuhi pemain-pemain berprofil tinggi. Zidane sudah tidak perlu disebut lagi. Lalu Thiery 'goal from nothing' Henry. Patrick Viera. Makalele. Banyak lagi. Tetap saja nama Perancis tidak disebut dengan antusiasme memikat.

Sementara Swiss nyaris tidak ada nama pemain yang mudah diingat. Paling ada Johann Vogel dan Philippe Sanderos. Keduanya bermain di Milan dan Arsenal. Sisanya belum bergaung secara internasional.

Namun pada saat permainan dimulai, terlihat kalau skill dan profil tinggi bisa direndam dengan kolektifitas. Perancis berhasil dikunci permainannya lewat sepakbola kolektif. Swiss memainkan pressing yang tebal. Membuat lapangan menjadi penuh hingga Zidane tidak bisa menari. Henry tidak bisa mengeluarkan sihirnya. Malah pemain muda Frank Ribbery yang menunjukkan kegesitannya. Sayang masih belum terarah. Nantinya dia digantikan Louis Saha. Padahal yang gemas di pinggir lapangan adalah Trezeguet. Entah kenapa Domenech sang pelatih tidak meliriknya.

Swiss beberapa kali mengancam gawang Barthez. Lewat Ricardo Cabanas, Frei dan Barnetta. Keberuntungan saja yang entang sedang arisan dimana, hingga Barthez masih bisa mengusap gundulnya dengan gagah.

Perancis pun terus berusaha membongkar tembok Swiss. Tapi produsen jam itu bermain rapi dan penuh presisi. Hasil imbang O-O pun adalah akhir yang pantas.

Lalu partai yang ditunggu-tunggu. Brasil Vs Kroasia. Tanpa banyak kata gue bilang Brasil meski menang 1-0 hasil tendangan Kaka bermain sangat biasa. Bahkan nyaris tidak menunjukkan kelas sebagai juara bertahan. Kroasia hanya sial saja Dida, kiper Brasil, bermain dalam top performa. Serangan-serangan Prso, Niko Kranjcar dan yang lainnya hanya menghasilkan remasan rambut di kepala Zlatko Kranjcar, pelatih sekaligus ayah dari Niko Kranjcar.

Intinya sih, peluang Kroasia masih terbuka lebar. Brasil sendiri sepertinya belum panas, tapi masih tetap menunjukkan tim besar.

Partai Arab-Tunisa di luar dugaan berlangsung seru sekali. Keduanya bermain sangat berani, cepat, taktis dan memikat. Tunisia lebih dulu unggul 1-0 di babak pertama. Lewat tendangan setengah terbang pemain muda mereka Jaziri.

Arab sendiri di babak kedua bangkit dengan serangan yang dirancang dengan sangat maut. Gue suka sekali gol balasan Al Khatani. Hasil sebuah set up dari serangan sayap. No look pas dari pemain sayap Arab disambut one touch Al Khatani. Kedudukan 1-1.

Lalu sebuah serangan yang benar-benar dibangun dari bawah membuat veteran Sami Al Jabber mencetak gol dan membalik situasi jadi 2-1 buat Arab. Tunisia pun tidak tinggal diam. Kedua tiam saling serang, sampai Jaidi bek Tunisia yang bermain di Bolton naik ke atas dan mencetak gol yang membuat situasi jadi 2-2 di menit ke 90. Imbang tapi seru sampai menit akhir.

Spanyol dan Ukraina ada grup yang ternyata cukup ketat.

Spanyol lawan Ukraina adalah pertandingan yang nggak gue tonton karena FKJ screening test. The test is good. Dan Spanyol-Ukraina 4-0! Gia banget. Spanyol yang nggak begitu dijagokan karena biasanya melempem di turnamen, ternyata bisa membungkam tim yang diprediksi jadi kuda hitam yang kuat.

Spanyol biasanya impresif di babak penyisihan tapi begitu masuk putaran final melempem. 1994 di USA contohnya. Datang dengan tidak terkalahkan selama penyisihan dan bertabur bintang, ditahan 2-2 oleh Korea.

Tapi dari siaran tunda yang gue liat, Puyol yang jadi bintang Spnyol. Meski David Villa yang mencetak dua gol, tapi Puyol bermain seperti banteng tanpa lelah. Figo sudah terlalu pendek napasnya tapi masih sanggup bermain cerdas.

Yang harus diacungi salut adalah Luis Aragones sang pelatih. Karena berani tidak menurunkan Raul, pujaan rakyat Spanyol dan memilih David Villa. Hasilnya luar biasa. Taktik yang dimainkan memang cocok untuk Villa.

Ukraina sendiri seperti tidak berkembang setelah Xavi mencuri gol di menit 13. Ditambah tendangan bebas Villa yang menjebol gawang empat menit kemudian. Mental mereka langsung drop.

Shevchenko seperti tidak ada di lapangan. Selain karena tidak ada suplai yang baik, pertahanan Spanyol menguncinya.

Lalu berlanjut dengan pertandingan kedua dalam grup A. Jerman-Polandia. Ini menentukan. Apakah Jerman jadi negara pertama yang lolos dan Polandia menjadi negara pertama yang membawa pulang harga diri mereka paling subuh. Atau Polandia bisa menahan laju Jerman dan membuka peluang tetap lolos ke babak kedua.

Ternyata Jerman jadi yang pertama lolos ke babak kedua. Polandia ditekuk 1-0 dengan gol injury time Neuville hasil asisst dari Odonkour yang masuk di babak kedua dan membuat Jerman berwajah lebih menyerang.

Sepanjang pertandingan tempo diatur oleh Jerman yang kembali jadi 'Jerman'. Membangun permainan dari pertahanan. Kali ini bek Jerman tidak berdiri sejajar lagi. Selalu ada dua bek yang berposisi diamond di tengah. Meski kadang masih suka kalah lari ini minimal bisa menahan gempuran Polandia yang bermain menyerang.

Sampai mereka kehilangan Sobolewski di babak ke dua. Jerman pun kian menggila di sepuluh menit terakhir. Determinasi khas kaum Arya mereka pun nampak. Setelah beberapa kali kesempatan gol mereka dimentahkan kiper Boruc yang bermain cemerlang plus dua kali membentur tiang gawang, mereka tidak frustasi. Terus menekan. Hasilnya menang.

Gue khawatir sekali. Ini biasanya akan berakhir: tahu-tahu Jerman masuk final dan menang lagi...


nb: jangan godain aku terus dong... :)

Tuesday, June 13, 2006

Mental, Taktik dan Ceska Yang Ciamik

Jepang dan Ghana dikalahkan mental, Ceska main ciamik.

Pertama-tama mari bicara Republik Ceska lawan USA. Pavel Nedved dkk menampilkan sepakbola menyerang yang dahsyat. Persis seperti kereta api Eropa. Cepat, keras dan mematikan. Determinasi tinggi. Ah, mereka memang selalu begini. Piala Eropa 2004 di Portugal juga memikat hati. Siap melibas saja. Tapi entah kenapa selalu bisa dikalahkan di partai-partai penting.

Mungkin bisa dilihat saat melawan USA semalam. Serangannya begitu mengalir. Baru empat menit si raksasa Koller sudah 'menampar' bola dengan kepalanya ke gawang Keller. Menampar karena Koller menyundul nyaris tanpa melompat.

Lalu serangan pun terus mendudu. Mengalir dari Poborsky, Nedved dan Rosicky. Nama terakhir ini nantinya akan jadi bintang pertandingan. Tapi gue lihat keberanian dan keriangan menyerang ini membuat mereka kadang melupakan pertahanan. Reyna, kapten USA, sempat melepaskan tendangan yang membentur tiang gawang Cech, kiper Ceska, dalam sebuah serangan balik yang cepat. Kalau saja ini bukan USA yang kelasnya memang dua level di bawah, bisa jadi Cech memungut bola dari jarinya lebih dari sekali.

Tomas Rosicky memang bintangnya. Dengan dua gol yang dahsyat bocah yang sudah dibeli 8 Juta Poundsterling oleh Arsen Wenger untuk memperkuat lapangan tengah Arsenal ini bermain dengan penuh energi sekaligus menunjukkan mental pemain kelas dunia. Lihat saja gol keduanya ke gawang Keller yang sangat manis itu.

USA nyaris tidak melawan. Sesekali memang Donovan atau Reyna mencoba menusuk. Tapi galangan pertahanan Ceska yang diasuh sang kapten Galasek masih cukup kuat menahannya. Tapi lain ceritanya bila nanti berhadapan dengan penyerang-penyerang papan atas dunia.

Bruce Arena, sang pelatih, harus memikirkan pertahanan USA yang jadi sentral kekalahan malam itu. Begitu mudah sekali striker lawan langsung berhadapan dengan Keller dan banyak celah yang memungkinkan long shot-long shot pemain tengan lawan membuat Keller jungkir balik.

Intinya, Ceska contender yang berbahaya.

Lalu sekarang Australia Vs Jepang. Pertandingan yang menarik. Menunjukkan taktik dan mental. Juaranya adalah Guus Hiddink. Australia setelah ketinggalan 1-0 membalik keadaan jadi 3-1. Dengan pahlawan bernama Tim Cahill.

Awal pertandingan apa yang gue prediksi kejadian. Jepang meningkat jauh skill-nya di tangan si Pele putih Zico. Mereka bermain cepat dan lincah. Semua pemain bergerak menekan saat memegang bola. Gue mencatat bek kiri Komano sebagai potensi yang dahsyat. Selalu naik membantu serangan tapi tetap ketat menjaga pertahanan.

Ilmu yang paling meningkat adalah passing one-two yang baik. Nakata, Fukunishi dan Nakamura menjadikan lapangan tengah Jepang seperti belut dan menyengat. Takahara dan Yanagisawa juga selalu bergerak. Pertahanan Australia sempat terlihat gugup.

Di menit ke 26, umpat melengkung Nakamura malah nyemplung masuk gawang Australia. Memang sempat terjadi kontroversi kiper Australia Mark Schwarzer sempat dilanggar. Tapi wasit mengesahkan gol tersebut. Jepang pun terus menekan Australia. Dan Australia mulai bangkit dan merepotkan kiper Jepang Kawaguchi yang bermain tenang dan cemerlang.

Beberapa kali Bresciano, Kewell dan Viduka menyerang. Dimentahkan beberapa kali juga oleh Kawaguchi. Hiddink terlihat berpikir. Dan dia adalah pelatih yang tahu persis apa yang dia punya. Apa saja materi-materi pemainnya.

Hiddink pun memasukkan Tim Cahill, Kennedy dan John Aloisi. Berhasil. Didukung mental Jepang yang perlahan dari percaya diri jadi over confident. Terutama Kawaguchi. Beres dipuji-puji rekannya setelah menahah sebuah tendangan bebas yang keras, dia membuat blunder di paruh ke dua.

Sebuah lemparan ke dalam coba ditangkapnya dengan keluar dari sarang. Padahal suasana kotak penalti sedang penuh dan pepat. Timing lompatnya pun salah. Akibatnya bola lepas dan gawang kosong. Cahill pun melepaskan sepakan keras dan masuk.

Mental pemain Jepang langsung drop. Ditambah fisik yang meredup karena permainan cepat sepanjang babak pertama. Cahill mencetak lagi gol lewat celah yang dilihat dengan tendangan keras dari luar kotak penalti. Setelah itu Aloisi melengkapi dominasi Australia dengan gol ketiganya.

Inilah sepakbola. Rentang waktunya 90 menit dengan lapangan luas dan pemain banyak. Konsentrasi, mental baja dan ketenangan menjadi kunci penting. Berbeda dengan basket yang terus mengalir cepat misalnya. Para pemainnya pasti akan alert dengan sendirinya. Sementara sepakbola adalah disiplin terhadap diri sendiri. Karena bisa saja pada saat tim sedang menyerang, para pemain belakang tergoda untuk sedikit santai. Lantas tahu-tahu datang serang balik secepat kilat. Lengah sedikit tim yang tadinya sudah pasti menang bisa kalah dengan tim yang tekun berdisiplin.

Perhatikan apa yang dilakukan Hiddik dia memasukkan tiga pemain pengganti dan dua di antaranya jadi penentu kemenangan. Kejelian taktik seperti ini yang akan bisa terus membuat Australia cukup diperhitungkan. Hanya saja kadang pemain Australia cenderung bermain kasar kalau sudah tertekan. Merusak mental mereka sendiri.

Dini harinya, Italia menghadapi Ghana. Pertandingan yang juga seru dan cepat. Berakhir 2-0 buat Italia.

Ajaibnya di babak pertama Italia tidak bermain terlalu bertahan. Meski Ghana bermain impresif lewat Essien yang menjadi motor. Buffon harus jungkir balik beberapa kali. Cannavaro pun bermain cemerlang. Ini mahluk yang dulu menjepit Belanda di Euro 2000. Sekarang dia jadi kapten Italia dan mian matang.

Cannavaro banyak menghentikan serbuan bocah-bocah Ghana yang powerful itu. Asamoa Gyan, Amoah, Muntari berkali-kali menusuk masuk. Tapi mentok. Terasa sekali kengototan Ghana. Hingga terlihat menjadi obesesi yang mempengaruhi mentalitas mereka. Serangan Ghana kerap terburu-buru di tahap akhir. Seolah harus, harus dan harus. Tidak tenang.

Pirlo mencetak gol hasil set-up sepak pojok yang cerdas. Setelah itu bintang baru Ghana pun bersinar. Namanya Richard Kingston sang kiper. Dia berhasil menahan ambisis Luca Toni mencetak gol perdananya di Piala Dunia. Serangan-serangan lain dari Italia juga berulang berhenti di ujung sarung tangan Kingston. Membal semua.

Babak kedua Ghana masih tetap obsesif. Terlihat sekali nafsu pembuktian diri yang tidak sehat. Akibatnya masih seperti babak pertama, serangan Ghana nyaris tidak terselesaikan. Kalau pun hampir jadi, masih ada Buffon yang juga bermain dalam perfoma yang terang.

Mentalitas pun kembali berbicara. Ketika dengan gugup Samuel Kuffour, bek berbakat Ghana yang bermain di AS Roma, melakukan back pass tanggung yang dicuri Iaquinta. Dua kosong buat Italia. Back pass itu bentuk dari keterburu-buruan untuk menghentikan sergapan Italia dan ingin segera menyerang balik.

Kuffour pun langsung mencium rumput penuh sesal.

Italia bisa melaju jadi juara grup kalau terus konsisten. Sementara Ghana masih punya kesempatan. Asal bisa mengatur obsesi mereka. Lebih tenang. Sebab skill pemainnya tinggi dan rata. Berbeda dengan Pantai Gading.

Nanti malam Brazil-Croatia nih. Seperkasa apakah Samba? Kita lihat saja.


nb: nggak tanggung ya Ma kamu jadi suka bola juga... :D

Monday, June 12, 2006

Belanda Menjanjikan!

Holland melipat Serbia & Montenegro 1-0

Sebelum itu mari bicara Argentina Vs Pantai Gading yang berakhir 2-1. Awalnya banyak spekulasi yang mengatakan Argentina bisa saja kalah. Mereka dikenal suka mendadak 'aneh' kalo main lawan tim Afrika.

Tapi sekarang tidak. Karena ternyata Pantai Gading masih satu level di bawah Argentina. Mereka cuma punya Didier Drogba, andalan Chelsea, di depan dan Kolo Toure, bek kuat Arsenal, di belakang. Meski menunjukkan determinasi dan kecepatan yang tinggi tapi ujung dari serangan mereka masih belum tajam karena hanya mengandalkan Drogba yang memang punya level kelas dunia di barisan depan. Tapi Pantai Gading bisa tetap jadi ancaman bagi siapa saja di Grup C yang disebut grup maut ini. Sebab setelah Droba mencetak gol balasan, Argentina mendadak jadi tim yang bertahan. Tapi yang itu tadi, Roberto Ayala, bek Argentina, masih terlalu tangguh buat anak-anak Pantai Gading.

Kunci kemenangan pasukan Pekerman ada di tangan Riquelme. Dia mengatur serangan Argentina. Bisa dibilang set-up gol Crespo dan Saviola datang dari si nomer 10 ini. Tapi konsistensi Argentina perlu dicermati. Mereka cenderung menurun di menit-menit akhir. Sementara di Piala Dunia, setiap detik bisa membalik semuanya.

Sekarang mari bicara Belanda. Oh, Belanda! Banyak yang bilang mereka cuma mengandalkan Arjen Robber yang mencetak satu-satunya gol di gawang Serbia. Bahkan ada yang mencela itu adalah one man show. Tapi mereka itu tidak mengerti Belanda. Melihat secara keseluruhan pertandingan.

Yang ditampilkan pasukan Van Basten adalah permainan possesion football yang sangat baik. Begitu mengalir dan cepat. Saat Serbia bertahan mereka bergerak menekan ruang-ruang yang ada. Memainkan zero football. Sepakbola yang mengancam dengan penguasaan bola sepenuhnya. Begitu terlihat celah langsung menusuk.

Itu yang terjadi dengan gol Arjen Robben. Khas Belanda. Pemain tengah yang berlari dari lini ke dua. Menerima flick cantik dari Van Persie, Robben secepat kilat berlari dan gol.

Harus diakui bintangnya memang Robben. Harus diakui memang Belanda main agak terlalu ke kiri dan Robbenistik. Seolah Robben adalah playmaker. Van Persie di sisi kanan nyaris seperti tidak diajak main.

Tapi buat gue itu masih wajar. Karena yang dihadapi Serbia. Tim yang hanya kebobolan sekali selama penyisihan. Pertahanan Serbia luar biasa. Bek mereka yang dikenal Famous Four itu memang rapat. Oleh karena itu gue salut dengan Nistelrooy yang rela bermain agak lebih ke tengah guna menarik pertahanan Serbia, membiarkan pemain tengah yang menyerbu. Ini berarti Arjen Robben yang lebih punya naluri menusuk dibanding Van Persie. Dan berhasil.

Robben sendiri memang berstamina kuda. Dia masih terus berlari sampai menit terakhir. Dia bintangnya semalam. Namun Basten tidak boleh hanya bergantung pada Robben. Karena begitu dia dimatikan, bisa gawat. Terutama kalo ketemu tim yang lebih gila lagi bertahannya seperti Italia.

Serbia sendiri bermain menarik. Meski agak terlalu bertahan di babak pertama mereka memainkan pressure tanpa bola dengan cukup baik. Bisa ada tiga pemain yang menekan bek Belanda saat Serbia sedang tidak memegang bola. Berani sekali. Hanya saja Sepakbola ruang seperti itu, Belanda jagonya.

Saat di babak ke dua, Serbia mencoba keluar menyerang. Dengan memanfaatkan Kezman dan Zigic [striker yang lebih tinggi dari si jangkung 198 Peter Crouch]. Masuknya Koroman juga menambah daya serang Serbia. Permainan jadi jauh lebih menarik karena Belanda mendapat respon. Reaksi mereka jadi lebih cepat lagi. Zero football pun berubah menjadi Total Football. Saat Robben bisa tiba-tiba ada di sebelah kanan atau Van Bronchost naik menggantikan posisi yang ditinggalkan Robben dan Nistelrooy menjadi pemain tengah. Beberapa peluang pun tercipta lewat Van Persie, Nistelrooy, Sneijeder dan Robben. Sayang semuanya meleset beberapa inci dari gawang Serbia.

Memang masih belum sempurna. Van Basten harus mengubah pola Robbenistik tadi. Tapi Belanda sudah menjanjikan sepakbola menyerang kembali. Tapi gue sendiri sih jadi malah takut terlalu jauh berharap. Takut nanti malah kecewa berat saat Belanda dikalahkan nasib lagi... :)

Sekarang giliran Meksiko lawan Iran. Skor 3-1 buat Meksiko. Dahsyat. Satu lagi pertandingan seru dan terbuka. Gue mengamati Meksiko dari sejak penyisihan. Kuda hitam yang harus diwaspadai. Iran sendiri di luar dugaan mengimbangi kelincahan dan permainan keras Meksiko. Terutama lewat kecepatan Mehdi Mahdavikia, Ali Dei dan Ali Karimi. Lapangan tengah mereka begitu berbahaya. Babak pertama yang saling serang itu berakhir 1-1. Setelah Omar Bravo mencetak gol buat Meksiko, Iran membalasnya lewat Yahya Golmohammadi.

Babak kedua sayangnya Iran drop. Saat kebobolan lagi oleh gol Omar Bravo karena blunder barisan belakang. Meksiko pun menambah gol lewat Antonio Zinha. Meksiko lantas jadi ancaman buat Argentina dan Belanda. Gue memang memprediksi Meksiko bisa jadi kuda hitam. Tapi biasanya kalo bertemu tim besar, mereka mendadak mengidap sindrom negara inferior dan berubah jadi tim yang kasar dan kehilangan mental bermain.

Berikutnya Portugal-Angola. Ada joke yang mengatakan apakah Angola bisa membalas dendam sejarah di Piala Dunia ini. Dulu Portugal pernah menjajah Angola. Nyatanya tidak. Portugal menang 1-0 lewat gol tunggal Pauletta.

Portugal mendominasi pertandingan. Figo, C. Ronaldo dan lainnya terlalu skillful untuk bocah-bocah Angola. Namun pasukan Scolari setelah unggul seperti harus membentur tembok bernama Ricardo, kiper Angola. Beberapa kali Ronaldo, Pauletta, Mendonca, harus gigit jari.

Sampai akhir pun kedudukan tidak bergeser. Portugal harus berhati-hati terhadap Meksiko. Prediksi gue, Meksiko bisa jadi sandungan paling keras buat Portugal di grup. Bahkan bisa jadi menggeser Portugal ke posisi runner-up grup.

Segitu dulu deh. Siap-siap buat nonton Australia-Jepang. Australia itu salah satu kuda hitam yang gue prediksi yang bakal menendang balik banyak perhitungan. Sementara Jepang sejak dipegang Zico tehniknya berkembang sekali. Semoga seru.


nb: sempet-sempet aja kok Ma... :)

Inggris Yang Miris, Swedia Mengingatkan Semua Orang

Inggris bermain cukup mengecewakan.

Meski mereka menang 1-0 dari Paraguay tapi itu pun hasil bunuh diri Carlos Gamarra, bek Paraguay sekaligus kapten saat menghalau tendangan bebas Beckham. Selanjutnya Inggris bermain tanpa inspirasi. Bola memantul-mantul tidak jelas.

Owen seperti jogging saja di lapangan. Crouch nampak seperti gagang sapu yang berlari sambil berusaha menyundul bola yang tak kunjung cantik datangnya dari lapangan tengah.

Ya, lapangan tengah problem utamanya. Eriksson belum menemukan formula yang pas saat meramu dua midfielder dengan karakter kembar macam Lampard dan Gerard. Keduanya malah membuat skema Inggris jadi tidak jelas. Beckham sampai harus menjemput bola jauh ke garis gawangnya sendiri. Begitu juga dengan Joe Cole di sayap kiri. Meski sesekali berusaha menusuk tapi selalu gagal.

Dua puluh menit pertama memang Inggris sempat menujukkan energi mereka. Tapi setelah itu tidak ada lagi. Alasannya adalah stamina yang dikuras panas Waldstadion di Frankfrut saat itu, yang mencapai 30 derajat. Tapi ini bukan alasan buat gue. Ini Piala Dunia. Stamina dan mental memang harus digenjot ekstra.

Satu-satunya kesempatan emas adalah saat tembakan jauh khas Lampard ditepis Justo Villar, kiper Paraguay. Selain itu tidak ada lagi. Sementara Paraguay sendiri bermain tidak terlalu istimewa sebenarnya. Roque Santa Cruz yang jadi andalan di depan hanya sesekali saja mendapatkan bola dan nyaris tidak membuat Paul Robinson, kiper Inggris 'berkeringat'. Membosankan sekali.

Eriksson harus bisa memutuskan apakah Lampard atau Gerard. Sulit untuk memainkan Lampard dan Gerard di lapangan tengan. Atau mengorbankan satu striker dengan formasi 4-4-1-1. Dimana Gerard menjadi second striker di belakang Owen atau Rooney.

Bahaya bagi Inggris kalo bermain seperti itu adalah Swedia. Di pertandingan berikutnya, Swedia seperti mengingatkan pada dunia, kalo mereka tim yang bagus. Dan kembali mengingatkan kalo Swedia bukan cuma punya Henrik Larsson. Mereka punya Zlatan Ibrahimovic, lalu ada Fredrik Ljungberg, salah satu pemain favorit gue di Arsenal. Melawan debutan Trinidad & Tobago, Swedia main dengan kecepatan yang bisa merepotkan siapa saja.

T&T bermain dengan gagah berani juga meski bertahan dan bermain keras. Sampai kartu merah harus didapat oleh bek Avery John. Tapi bintangnya Shaka Hislop, kiper mereka. Seperti kerasukan setan, dia menepis semua tendangan yang kira-kira 80% harusnya menjadi gol.

Hasil pertandingan memang 0-0. Tapi seru sekali. Tanda kalo Inggris ada di grup yang sangat merepotkan. Apalagi dengan kualitas permainan yang mereka tampilkan di awal pertandingan ini.

Segitu dulu.


nb: tenang Ma, aku minum vitamin kok... :)

Saturday, June 10, 2006

Pembukaan

Pembukaan Piala Dunia yang luar biasa. Jerman menekuk Costa Rica 4-2.

Kalo gue nggak salah ini adalah salah satu opening game dengan jumlah goal terbanyak dalam sejarah Piala Dunia. Dengan tuan rumah yang bermain. Rekor sebelumnya dipegang Brasil 1950 saat Brasil melibas Mexico 4-0. Bahkan untuk non tuan rumah pun ini yang terbanyak Rekor sebelumnya Swedia 1954, ketika Brasil kembali menelan Mexico 5-0.

Sekarang mari bicara tekanan pertandingan di Piala Dunia untuk tim besar. Yang kerap menghadirkan kejutan sejarah. Di Piala Dunia 1990 adalah contoh klasik yang akan selalu diingat orang. Ketika tim juara bertahan yang dipimpin oleh orang yang dianggap Tuhan Sepakbola oleh bangsanya harus ditekuk oleh singa-singa underdog dari Afrika. Ya, gue bicara ketika Argentina dibungkam Kamerun. Ketika kharisma Maradona dipatahkan oleh sundulan seorang pemain yang kakinya besar sebelah bernama Oman Biyik. Dunia seperti disobek matanya.

Lantas partai pembukaan Korea-Japan 2002. Ketika juara bertahan Perancis berhasil dibungkam 1-0 oleh tim debutan Piala Dunia, Senegal.

Lantas bagaimana dengan Jerman? Tuan rumah dan dikenal macannya turnamen. Tahun 1974 mereka menang kampiun di tanah sendiri. Sekarang mereka harus main di partai pembukaan. Tanpa andalan Michael Ballack yang cedera.

Gue adalah pembenci Jerman. Permainan mereka yang lambat dan dingin terasa begitu dull. Tapi mereka selalu menunjukkan mental turnamen yang luar biasa. Punya percaya diri sembilan. Permainan mereka begitu statis tapi menekan. Tidak atraktif. Bahkan kadang nggak jarang mereka itu memang karena 'beruntung'. Protes? Ingat kembali final PD 1990, ketika diving Klinsmann [yang sekarang pelatih Jerman] menciptakan penalti yang menjadi satu-satunya gol di salah satu Piala Dunia terburuk itu.

Tapi babak pertama pembukaan, Jerman mengejutkan gue. Bahkan mengejutkan semua orang. Mereka bermain begitu fluid. One touch dan cepat. Tendangan-tendangan jarak jauh mereka rata-rata on target. Buat bisa seperti ini, butuh mental dan percaya diri yang tinggi. Permainan mereka membuat seolah-olah itu bukan partai pembukaan yang sarat beban. Mereka bermain sangat lepas dan berani. Terasa sekali ilmu dan gaya Klinsmann di sana. Lari cepat, menyerang dan langsung ke gawang. Klinsmaan semasa jaya dijuluki 'kijang' karena kecepatannya.

Hasilnya Philip Lahm membuat gol melengkung yang cukup indah pada menit 16. Berikutnya nanti Klose mencetak dua gol dan ditutup sebuah gol luar biasa dari Frings.

Mengejutkan. Dalam hati gue bertanya: "Masa gue harus suka sama permainan Jerman sih?!" Tapi kenyataannya mereka memang bermain memikat. Problem ada di pertahanan. Entah kenapa Klinsmaan memainkan pertahanan sejajar di sebuah negara yang pernah punya libero terbaik terbaik dunia, Der Kaizer Beckenbauer. Akibatnya jebakan offside yang diterapkan lewat pertahanan sejajar itu dua kali ditembus Paul Wanchope. Dua gol buat Costa 'The Ticos' Rica.

Tapi neo Jerman itu hanya 45 menit saja. Babak kedua, kembali muncul wajah Jerman lama. Yang men-delay bola. Menurunkan irama. Ini dia sepakbola Jerman. Kalo Belanda memainkan ruang dan positioning, Jerman menguasai tempo permainan dengan mental baja. Dengan sangat dingin dan tenang mereka menekan perlahan bak panser. Kadang dari sana itulah mereka mendapatkan keberuntungan di menit-menit akhir.

Klinsmann seperti punya dua kartu. Di babak awal dia akan memainkan kartu cepat dan terbuka sambil berusaha mencetak gol sebanyak-banyak. Di babak kedua dia akan kembali pada tradisi [dicurigai ini juga karena masalah stamina]. Kecuali libero. Ini yang jelas jadi pertanyaan banyak orang. Klinsmann memainkan jebakan offside dengan dua bek besar bak Tower yang tidak lincah berlari. Arne Friedrich bisa jadi yang disalahkan terjadinya dua gol buat Wanchope.

Gue suka gol kedua Jerman oleh Klose. Dimulai serangan ke wilayah kiri Costa Rica oleh sang kapten Schneider. Bola ditarik sampai sudut tendangan pojok. Tapi alih-alih memberikan umpan lambung standard, Schneider dengan cerdas memberikan umpan datar miring ke tengah yang disambut Bastian Schweinsteiger. Schweinsteiger pun dengan apik memberikan umpan silang ke depan gawang Costa Rica buat dicocor oleh Klose. Sepakbola cerdas.

Tapi belakang yang kropos bahaya besar buat Jerman saat berhadapan tim dengan striker cepat dan lincah. Seperti Inggris, Swedia, Belanda dan lainnya.

Sekarang pertandingan kedua.

Ekuador lawan Polandia. Polandia tetap dijagokan. Mengingat mereka punya sejarah yang bagus di Piala Dunia. Jaman keemasan mereka adalah saat Jerman 1974 saat dipimpin Grzegroz Lato dan Zbigniew Boniek. Mereka ditekuk Jerman saat di semifinal di lapangan yang tergenang air.

Polandia sekarang ternyata memalukan sejarahnya sendiri. Mereka ditekuk Ekuador 2-0 lewat permainan kolektif dan determenatif. Dua gol dicetak Carlos Tenario dan Agustin Delgado, mantan pemain Southampton. Tapi yang mengontrol permainan adalah Edison Mendez sang playmaker. Polandia sendiri bermain dengan sangat gugup. Tidak menunjukkan kelas tim Eropa.

Yang jelas Fernando Suarez, pelatih Ekuador, berhasil mengubur anggapan sinis kalo Ekuador lolos Piala Dunia karena memenangkan pertandingannya di dataran tinggi negara mereka saja.

Segitu dulu deh. Nanti dilanjutkan.

nb: aku masih 'waras' kok Ma...

Thursday, June 08, 2006

H-1

Huff. Besok pembukaan dan launching 442 di Score!

Gila event ini lagi. Sori kalo sebulanan ini bakal intens ngomongin bola. Maaf ya... :)


nb: maaf ya Ma... :D

Monday, June 05, 2006

Menang!

Belanda Juara Eropa!

Ya, tim U21-nya berhasil membayarkan kegagalan tim seniornya saat tahun 2004 kemaren di Portugal. Bayar kontan, karena menang di tanah yang sama. Ya Eropa U21 digelar di Portugal juga.

Luar biasa. Ukraina ditekuk 3-0. Klaas Jan Huntelaar adalah bintangnya. Disebut-sebut sebagai the new Basten. Di final kemaren dia mencetak dua gol. Sayang Van Basten sudah tidak punya kursi lagi di tim senior untuk bocah satu ini. Satu gol lagi dikutip Hoffs dari gawang Ukraina.

Ukraina sendiri main cantik. Ada satu dua serangan yang bikin jantung deg-degan. Pake mentok tiang gawang segala. Salah satu pemainnya, Olexiy Godin bakal bersinar. Potensial sekali.

Tapi Belanda pegang kontrol. Brilian untuk ukuran semuda mereka. Sedikit terlihat bayangan the superb 1988 team di setiap gebrakan mereka. Meski masih terlihat gugup.

Huntelaar boleh jadi man of the match. Tapi yang mencuri hati gue tetap Castelen dan Hoffs. Dua orang ini pemain tengah yang sangat menjanjikan. Cemerlang sekali. Pure Holland style. Masa depan Belanda ada di tangan tiga orang ini.

Kemenangan ini menggantikan sedikit was-was gue setelah tim seniornya dijegal Australia 1-1 di partai ujicoba. Sneijder cedera serius. Van Bronchost juga. Partainya berlangsung brutal. Australia main dengan 10 orang karena kena kartu merah.

Yang menarik lainnya adalah fakta pelatih U21 Belanda ini. Namanya Foppe de Haan. Nama ini juga yang bakal melatih tim U23 Indonesia selama berguru di Belanda buat persiapan Asian Games di Qatar. Insya Allah gue bakal dapet kesempatan terbang ke sana meliput proses latihan itu.

Ah, semoga saja de Haan bisa memberikan sedikit sentuhan magikalnya ke dalam tim U23 kita. Amin!

nb: doain aja Ma. oleh-olehnya mantap deh nanti! :)

Friday, June 02, 2006

Senang

Mood hari ini lumayan senang.

Sebab Belanda menang. Tim senior memukul Mexico 2-1 di partai persahabatan. Pemanasan yang cantik.

Sedangkan pasukan U21-nya berhasil menang di semifinal melawan Perancis di kejuaran Eropa U21. Pertarungannya dramatis. Unggul dulu 2-0, terus disusul jadi 2-2 sampai menelurkan perpanjangan waktu. Lantas berhasil menang 3-1. Semifinal satunya antara Serbia-Montonegro Vs Ukraina dimenangkan Ukraina lewat adu penalti.

Ngeliat permainan anak-anak U21 Belanda, membuktikan kalo Total Football masih bakal terus berdenyut. Gue menandai Nicky Hofs yang mencetak dua gol [termasuk gol penentuan] dan Romeo Castelen yang brilian. Hofs itu pemain tengah khas Belanda. Naluri golnya tinggi. Karena memang kecenderungan Belanda menguasai permainan lewat pemain tengah dan sayapnya. Striker cenderung menjadi wall atau pantulan untuk membiarkan pemain tengah menusuk dari lapis ke dua. Contoh striker paling cocok menggambarkan ini adalah Dennis Bergkamp.

Sementara Castelen mengingatkan gue pada Clarence Seedorf dan Edgar Davids tapi lebih lincah. Gerakannya ekspolisif tapi lebih stylish dibanding Davids. Menenangkan sekali.

Semoga nanti bisa menang di finalnya tanggal 4 Juni nanti.


nb: kamu juga 'menyenangkan' kok Ma... :D