Tuesday, March 28, 2006

Being Fat

Gue ngerti sekarang kenapa laki kalo kawin tambah gemuk.

Di luar mitos: 'susunya cocok', gue menemukan fakta-fakta logis.

Pertama 'bantuan mertua atau nyokap'. Entah kenapa para Ibu itu seperti menganggap kami pengantin baru ini akan kelaparan. Jadi banjirlah suplai lauk pauk. Mulai dari gulai ikan, rendang [lagi] sampai ayam bakar. Akhirnya sampe tiga bulan ke depan kalo pun bakal ada serangan dari Mars, gue bisa hidup aman. Nyaris over suplai. Lantas siapa yang menghabiskan suplai lebih itu? Guess who lah...

Lantas 'eksperimen penguasaan rice cooker'. Nah pada saat Istri lo berusaha menaklukan penanakan nasi lewat rice cooker, itu artinya lo bakal mengkonsumsi nasi secara berlebihan [dan dalam berbagai macam bentuk]. Karena beberapa usaha yang 'kurang sukses' akan menimbulkan tumpukan nasi. Dari pada basi dan mubazir [plus pahala nyenengin Istri] nasi mesti dimakan. So far sih, Umma masih dalam taraf manusiawi hasil tanaknya.

Walhasil, berat gue naik 2 kilo. Sit up harus diperketat lagi. Atau gue kembali dalam masa-masa dimana jongkok adalah usaha yang sangat menyiksa.

Di luar itu semua sih, ada satu fakta lain. Dan gue pikir ini fakta umum semua laki-laki yang berhasil menikah dengan pasangan yang pas. Jadi sehat [dan gemuk] karena bahagia.

nb: I'll be in shape again, honey. Just wait...

Monday, March 27, 2006

Perfect Morning

This is perfect.

Pertama tadi pagi mau ke kantor abis nganter Umma ke Depok, gue nabrak motor. Dia yang ngaco. Tapi gue dicegat banyak motor. Disangka mau kabur. Padahal gue mau minggir dan mobil gue mendadak mogok.

Brengsek. Gue sebel banget sama solideritas nggak jelas begitu. Mobil gue dipalangin. Hampir gue tampol yang ngalangin mobil gue. Begitu gue keluar, motor ngaco yang gue tabrak pengemudinya langsung nyamperin dan minta maaf. Untung nyadar dan dia nggak lecet sama sekali.

Tapi mobil gue parah. Bemper kiri naik. Dan mesinnya nggak mau nyala lama. Walhasil gue harus neken kunci starter ke kanan biar jalan. Gue mau paksa sampe kantor. Eh pas dikit lagi nyampe. FI mati total. Gue terpaksa minta tolong orang-orang dorong ke trotoar karena gue mogok di kanan. Abis diklasonin orang.

Udah gitu nggak ada bengkel yang deket. Gue jalan setengah kilo sampe akhirnya nemuin bengkel. Udah gitu coba dibetulin sampe sejam nggak nyala. Nggak ngerti apa hubungannya sama nabrak dan langsung mati begitu. Akhirnya gue tinggal di bengkel itu dengan kemungkinan dinamo starter rusak karena gue paksa.

Terakhir benerin dinamo starter, hampir 1 juta. Well...

Tapi lumayan kebayarlah dengan disain baru bikinan hector ini. Thanks berat fren! Thank you very much.

Buat yang dulu komen sori banget. Karena disain baru ini, jadi hilang semua. Ya, semoga masih mau komen lagi.


nb: kayaknya aku kualat sama kamu, Ma...

Thursday, March 23, 2006

Kebun Baru

Saya punya kebun baru.

Kebun tempat menanam kata-kata.

Sebenarnya sih link dari sini. Namanya pencerita.multiply.com.

Isi sama. Tampilan aja beda.

Thanks.

Wednesday, March 22, 2006

Movin' On

Seperti yang sudah banyak yang tahu, gue baru pindahan.

Alamatnya bikin pusing. Karena terjepit di antara Kemang dan Antasari jadi ada dua alamat. Satu alamat punya yang empunya kontrakan itu masuk Kemang Selatan. Sementara rumah gue yang agak misah dari rumah induk ada di Jl. Puri Sakti I. Dan ajaibnya nggak ada nomer yang jelas. Karena itu masuk jalan buntu. Walhasil alamat paling logis yang bisa gue kasih: Jl. Puri Sakti I Buntu.

Jadi kalo mesen taksi atau delivery minimal harus ada perjuangan menerangkan belok kiri di sini turun di sana terus belok kiri lagi dan rumahnya pintu yang tengah. Ulangi ritual ini sebanyak dua tiga kali karena biasanya pihak taksi atau delivery bakal memberikan respon positif dan aktif: "Maaf Mas, alamatnya gimana tadi?" See, pertanyaannya gimana, bukan dimana.

Tapi ceritan yang seru ada pas gue pindahan. Berhubung masing-masing anak bontot, dan gue dari keluarga besar, this moving on menjadi sesuatu yang 'big deal'. Nyokap gue yang ada tugas ke Jogja persis di hari pindah merasa sangat 'berdosa' sekali. Padahal gue sama Umma merasa, kami kan ngontrak doang ya? Dengan kemungkinan setelah 6 bulan ini, bisa aja kami dengan semangat kembali ke rumah mereka. :)

But still. Kepindahan gue dimeriahi oleh keluarga besar gue dan keluarga Umma. Rombongan dari pihak pertama, dua paket Oom dan keluarga, Sepupu dan suaminya, sepupu tanpa istri dan sepupu belum punya suami. Plus ponakan cewek gue yang mewakili bapak-ibunya yang nggak bisa ikut. Belakangan ponakan gue berfungsi sebagai penghabis rambutan. Kalo dari pihak tersebut kedua, paket yang muncul Ibu-Bapak Umma, dan keluarga Abangnya dengan tiga orang anak perempuan. Belakangan tercipta gathering 4 anak perempuan balita dengan bahasa yang super ajaib tapi mereka bisa berkomunikasi dengan baik dan saling paham-memahami.

Kenapa bisa ada rambutan? Karena Tante gue 'menyulap' acara pindahan ini menjadi seperti piknik. Bukan cuma rambutan. Ada rendang satu tempat cukup untuk keluarga kelaparan [dan rendang itu baru habis kemaren sama gue dan Umma]. Lalu kue-kue keju. Ibu Umma menyumbang makaroni keju yang enak banget. Lantas entah apalagi, yang ditutup dengan cantik dengan dua dus gelas air mineral. Piknik dalam performa terbaik.

Setelah itu the handy work thing. Ada sebuah lemari baru yang mesti dipasang. Tiga orang lelaki muda, [gue, sepupu gue dan suami sepupu gue] merasa bisa dengan mudah menyelesaikan itu semua. Kemudaan kami membuat lemari itu selesai dalam waktu 2 jam lebih. Setelah lima kali bongkar pasang. Hei, don't blame us. Karena setelah having fun dengan baut dan obeng plus adu teori dari memasang lemari yang baik versi masing-masing [plus komen-komen dari para lelaki matang yang menonton kami], kami menemukan cara yang benar. Tapi setelah terpasang, ternyata pintu-pintu kecil seharusnya dipasang dengan urutan khusus dan di manualnya tidak ada!

Beres lemari, gue memasang hordeng [well, gue bakal tetep menyebutnya hordeng ;)]. Berdua dengan mertua. Dua kali bongkar pasang. Itu juga karena gue mendadak dengan brilian menemukan kalo satu penampang bisa dipakai untuk menempatkan dua rel tempat hordeng.

Beres itu gue menyikat bak kamar mandi. Lalu berhasil memasang sambungan kabel antena.

Umma tersenyum senang melihat semua itu.

Luar biasa.

Ah, biasa aja menurut kalian?

Well buat gue luar biasa, karena gue biasanya selalu menghindar dari kerjaan begitu semua. Dan merasa kapabilitas gue terhadap segala macam itu sangat rendah. I'm not the handy kind of guy. tapi ternyata itu bukan 'bakat' tapi 'kodrat'. Maksud gue ternyata itu meluncur dengan sendirinya. Mendadak semua kerjaan pertukangan itu jadi terlihat tidak begitu menakutkan lagi. Secara naluriah, gue pindah dari bocah-pemalas-yang-melempar begitu-saja-pakaian-kotor-ke-dalam-keranjang menjadi laki-laki-yang-ketagihan-melihat-hasil-kerjanya-sendiri-dapat-membuat-istrinya-tersenyum. And I meant it. I was a lazzy boy.

Hm, I am moving on.


nb: bukannya cuma pertukangan aja yang bisa bikin kamu senyum kok... :)

n.nb: dan teman-teman mari kita lihat 'apa' komentar soleh solihun terhadap tulisan nb di atas. :D:D:D

Tuesday, March 14, 2006

Mahal

Sakit itu mahal.

Dan sekarang Umma lagi sakit. Padahal kita baru aja pindahan hari minggu kemaren. Belum sempet dinikmati, eh malah bermalam di rumah sakit. Ada virus sialan yang mengganggu sistem tubuh istri gue. Panasnya turun naik. Kalo panas bisa sampe 38-39. Akhirnya gue putusin dia dirawat aja biar dilihat sebenarnya sakitnya apa. Dicek darahnya bukan demam berdarah atau tipus. Mudah-mudahan nggak ada yang fatal.

Mahal bukan karena duitnya. Jadi mahal karena gue kehilangan waktu gue sama dia. And that is one of my precious time.

Hm. Padahal mau cerita soal pindahan kemaren. Seru. Sayang mood gue lagi nggak bagus. Malem ini tidur lagi di rumah sakit.


nb: kamu nggak nyusahin aku kok...

Wednesday, March 08, 2006

Shooting!

FKJ syuting!

Gila. Mimpi yang rasanya tadi nggak mungkin. Tapi baru kerasa banget beratnya jadi produser. Yang diurus ternyata mulai dari solar sampe suntik vitamin buat kru [sutradara gue sempet drop di hari pertama]. Bikin suasana pemain tetep fresh juga jobdesk gue. Termasuk kru. Kreativitas gue berubah dari mikir fiksi jadi ke human relationship.

Luar biasa. Ternyata yang namanya syuting itu adalah managing human relationship. Semua. Nggak cuma situasi syuting aja tapi juga kehidupan pribadi lo. Kebetulan gue sama Umma mau ngontrak di daerah yang terjepit antara antasari dan kemang. Kita sangat beruntung bisa dapet yang terjangkau di kawasan elit itu. Alhamdulillah.

Jadi gue juga disamping ribet mikirin soal distribusi obat-obat flu plus kemungkinan friksi di lokasi syuting, gue juga mesti mikir apa warna hordeng yang cocok plus printilan apa lagi yang belum kita punya buat ngisi rumah. Dan dilema memakai kulkas non-froze atau belain punya mesin cuci.

Hebat lah pokoknya. :D


nb: sebentar lagi kita bebas 'bersuara' ya sayang... :D