Tuesday, November 29, 2005

Choices

Kemaren gue menandatangani surat resign.

Ya, per 31 Desember ini gue keluar dari taman kanak-kanak yang udah gue tempatin selama hampir 4 tahun terakhir. Mulai dari awal sekali. Saat teman-teman masih sedikit dan 'mainannya' belum banyak.

Tapi setelah sekian lama merasa kreatifitas gue udah nggak 'muat' lagi di TK itu, gue memilih pergi. Kebetulan ada tawaran dari taman kanak-kanak baru yang lebih menarik. Ditambah beberapa kawan dari TK yang lama juga ikutan. Jadinya makin mantap surat itu gue tanda-tanganin.

It's all about choices.

Kemaren gue juga ditanya Hanung soal 'menduanya' gue antara dunia jurnalistik dan film. Pertanyaan yang wajar dari seorang yang punya konsistensi lebih dibanding gue dan lebih dulu berdarah-darah di dunia sinema.

Untuk sementara gue jawab, kalo sebisa mungkin gue nyoba jalanin dua-duanya. Selama ini meski jungkir balik, gue masih bisa selamat. Walo pun ngos-ngosan setengah mati. Tapi setelah pikir-pikir beberapa hari setelah pertanyaan hidup itu, gue menyadari satu hal. Gue nggak bisa ninggalin dunia jurnalistik. Ini darah gue. Segala ide gue muncul saat sedang mencari berita, wawancara orang, nyusun TOR atau question rod buat liputan utama, deelel. Pokoknya gue dibentuk oleh dunia yang satu ini. Rasanya kalo gue tinggalin, ya gue nggak bakal bisa kreatif lagi.

Dan begitu juga dengan film dan tulis menulis. Ini cinta kanak-kanak gue. Dan bercerita adalah passion gue. Menulis adalah channel yang gue sukai. Jadi kalo misalkan orang dunia jurnalistik meminta gue meninggalkan film dan tulis menulis di luar jurnalistik, mungkin gue juga nggak bisa. Gue nggak akan bisa muncul dengan ide-ide menarik buat bahan berita, dsb.

Dua dunia itu saling mengisi gue. Membentuk gue jadi kayak sekarang. Ada konsekuensi tentunya. Gue bisa jadi setengah-setengah di dua dunia itu. But, it's a choice. Untuk sementara ini, itu pilihan gue. Konsekuensi jadi medioker, gue ambil. Konsekuensi kerja dua kali lipat dibanding teman-teman yang lain, gue ambil. Ini pilihan. Dan pilihan selalu punya konsekuensinya sendiri.

Kebetulan Tuhan masih sayang sama gue, hingga gue dikasih tempat bermain yang cukup 'pas'. Kantor baru gue membawahi dua bidang, media dan film. Alhamdulillah.

Well, yang bisa gue janjiin ke dua dunia itu adalah, I'll do my best. That's it. And that's my choice.

nb: milih, sadar konsekuensi dan tanggung jawab, itu dia Ma.

Waduh!

Aduh! 56 hari lagi gue nikah!

Wah gimana si ndro-ndro yang lima hari lagi nikah ya? Gue aja yang masih rada lamaan mendadak ngerasa masih banyak yang kelewat! Tapi mungkin si ndro-ndro malah udah nyantai aja ya. Udah pasrah :D

But, here I go. 56 days. Dan KUA tempat nikah masih belum gue datengin. Sebenernya sih udah diurus, cuma gue masih harus ke sana bareng Umma. Nyari waktunya buat ke sana aja udah kayak apa. Gue berdua mendadak sama-sama sibuk. Dia sama kuliahnya, gue sama segala kerjaan yang ada. Mulai dari ngurusin FKJ [mimpi gue bareng-bareng anak-anak potensial itu]. Kerjaan baru yang berarti gue harus ngeberesin segala utang di kantor lama [yap, gue pindah kerja]. Dan dua skenario baru.

Itu tadi baru KUA. Belum rencana foto pre-wedd yang nyaris terancam batal. Periksa kesehatan jelang nikah. Ngatur undangan berdua. Ngurusin daftar lagu yang bakal dimainin. Waduh!

Pokoknya waduh deh!

nb: sabar ya Ma... :D



Sunday, November 27, 2005

Lessons

Gue banyak dapet pelajaran hari ini.

Terutama lewat film terakhir gue sendiri. Setelah tadi sore sempat beruntung ngobrol panjang dengan salah seorang produser kenamaan, gue langsung berasa digampar, kalo gue ternyata masih harus belajar lebih banyak lagi. Kalo memang mau bertahan di industri ini. Kalo memang mau terus menulis.

Dikupas satu persatu film itu lengkap. Kekurangan dan kelebihannya. Dengan sangat enak. Dan semua itu langsung membuka kepala gue kalo skenario itu ternyata memang kurang matang. Kurang pengendapan. Harusnya bisa lebih maksimal.

Terima kasih buat satu-dua masukan dari dia yang langsung memberangus pede gue selama ini. Sampai-sampai rasa lumayan senang masuk nominasi FFI 2005 tidak bisa menyelamatkan kehangusan itu. Pokoknya drop. Bukan karena nggak terima dikritik, tapi justru karena kena banget makanya langsung rata berkalang tanah rasanya.

Bukannya juga ngerasa karya sebelumnya udah matang. Tapi minimal gue ngerasa udah maksimal dulu. Jadi kalo masih ada kekurangan gue menerima dengan besar hati. Bisa ngomong proses. Tapi kali ini gue ngerasa nggak maksimal. Atau standard maksimal gue turun banget ternyata.

Maaf buat semua yang kerja bareng dan mungkin kecewa. Maaf gue cuma punya maaf dan janji ke depannya bakal nyoba lebih baik lagi.

Ya, mungkin gue belakangan jadi over pede. Jadi nggak kritis sama diri sendiri lagi. Dilenakan oleh berkah yang dilimpahin ke gue selama tiga tahun terakhir. Maklum, dari looser tau-tau dapet pengakuan yang rada lumayan. Jadinya norak. Kampungan banget.

Mungkin gue harus kembali lagi ke titik nol. Mengkritisi secara sadis setiap karya yang gue buat. Mempertanyakan terus-menerus. Belajar lebih banyak lagi. Nyelesain utang-utang film dan buku yang menumpuk.

Dan gue tetep dengan besar hati menerima ini karya gue. Ini adalah bagian dari proses belajar. Belajar jalan pasti pernah jatuh kan? Dan gue insya Allah nggak akan berhenti belajar jalan meski harus jatuh bangun dan babak belur.

Sekali lagi terima kasih buat yang mau kritik. Trully, trully thank you.

nb: kamu bakal terus ada di samping aku kan, Ma?

Thursday, November 24, 2005

Alexandria

Semalam film ini gala premiere.

Well, overall, fine. Masih ada kekurangan. Nggak usah nunjuk-nunjuk orang, salah satunya ada di skenario gue. Harusnya bisa lebih tight lagi. But, seperti sms Riri Riza ke gue: "Banggakan saja. Sudah jadi kok." Sepakat Mas. Terima kasih. Dan gue makin bisa memahami kredo: your best work is your next one. Berproses terus saja, boy!

Dan semalam juga gue terima kabar, kalo novelnya sudah cetak ulang dalam waktu kurang dari dua minggu. Sekarang sudah tercetak sekitar 10000 lebih. Wow. Alhamdulillah. Ini kemenangan promosi buat gue. Sekali lagi, alhamdulillah.

nb: jadi gitu Ma, karya yang udah jadi nggak bisa dikutak-katik lagi. bikin aja yang lebih bagus lagi... :)

Monday, November 21, 2005

PMS

Gue PMS. Bukan. Gue nggak berubah jadi perempuan.

Pra Movie Sindrome. Yap, film gue tiga hari lagi rilis. Kebiasaan gue adalah santai di awal-awal, sakit perut menjelang even. Perut gue mulai melilit sekarang. Gatra udah ngebantai lewat reviewnya. Ini nggak masalah. Gue nggak masalah dikritik begitu. Resiko dan sehat. Sehat banget. Asal kritiknya juga sehat. Bukan cuma asal caci-maki. Dan gue terima banget kritiknya. Karena itu respon yang gue mau. Daripada dianggurin :D.

Tapi tetep, gue PMS. Sakit perut. Respon lebih gede bakal dateng: dari penonton. Cemas.

Wednesday, November 16, 2005

Jualan

Malu nih sebenarnya. Mau jualan. Ini nukilan dari back cover novel gue yang judulnya Alexandria. Adaptasi langsung dari skenario gue dengan judul sama. Terbitan Gagasmedia.

Seberapa jauh cinta bisa membawamu pergi? Cinta memang memiliki sayap terhebat. Bisa membawa pergi jauh melebihi batas apa pun. Batas diri, batas akal, batas tanah air dan banyak batas lagi. Jauh sekali. Buat Bagas Gunawan, Alexandra Yasmina dan Rafi Primasto, cinta bisa membawa mereka jauh melebihi batasan-batasan diri, impian dan obsesi. Jauh melebihi Alexandria.

Lantas kemana hati Alex yang diterbangkan cinta itu akan berlabuh. Rafi kah? Mantan playboy yang mencoba tumbuh jadi lebih baik? Atau Bagas? Pengagum setianya sejak umur 7 tahun? Atau tidak keduanya, karena Bagas dan Rafi adalah sahabat sejak TK? Atau ternyata ada kenyataan lain yang akan membawa cinta itu kepada yang lebih tepat? Siapakah yang berkhianat? Lantas siapakah yang sebenarnya harus memilih dan merelakan?

Ini kisah tentang persahabatan, cinta segitiga dan obsesi. Cinta memang sumber inspirasi segalanya. Namun untuk mengejanya lebih dewasa ada satu elemen hati yang dibutuhkan: keikhlasan.

Mungkin kamu pernah mengalaminya? Pernah jauh dibawa terbang oleh cinta? Berarti kalian bersahabat dengan Alex, Bagas dan Rafi. Kalau belum, membaca ini kalian akan merasakan terbang [dan jatuh] bersama cinta mereka.

Tertarik? Silakan beli. Kecewa? Silakan maki-maki langsung di sini.

Dreams Come True

Well, mungkin ini cuma buat gue. Pencapaian yang mungkin kecil buat orang lain. Tapi tiap orang memang mesti punya mimpi yang harus dia capai.

Tiga tahun terakhir adalah masa-masa ajaib gue. Dulu mimpi bikin film. Kejadian. Dulu mimpi bisa ngereview dan hidup dari nonton film. Kejadian. Terus kepikiran nyoba-nyoba jadi produser. Hampir kejadian. Lagi proses.

Dan tadi pagi, di atas TV mimpi gue satu lagi jadi kenyataan. Novel dengan nama gue tertulis sebagai penulisnya teronggok dengan manis. Hasil kiriman dari penerbitnya. Ya, novel gue udah cetak. Norak mungkin. Tapi gue seneng banget. Dari umur 8 tahun nulis, akhirnya ada juga yang tercetak secara massal. Kalo skenario kan tidak tercetak tapi tervisualkan.

Nggak bagus mungkin itu novel. Biasa aja. Bahkan bisa jadi bakal ada yang bilang jelek. Tapi gue sebagai kreator mengharapkan respon. Karena berarti dibaca. Buat gue sebuah karya standardnya akan mengalami tiga hal. Dibilang bagus, jelek atau didiamkan. Hal yang terakhir adalah yang paling tidak gue pingin.

Tapi keberadaan novel itu menunjukkan satu hal. Hasil dari konsistensi gue. That's way everybody should have a dream. Buat ngecek konsistensi. Atau coba cek lagi mimpi-mimpi kalian. Kadang kita suka nggak sadar kalo ternyata ada banyak mimpi kita yang dikasih jalan buat jadi kenyataan. Dan inilah buat gue elemen terpenting dari usaha jungkir balik mewujudkan impian kita: jadi tanda belajar bersyukur.

So dream on, people!

nb: dan insya Allah, sebagai pembuka langkah 2006, satu lagi mimpi gue bakal jadi kenyataan: punya istri. amin.

Thursday, November 03, 2005

Lahir Batin

Minal A'idin Wal Faidzin

Woody Allen coba mencari kata pengganti cinta. Gue mencoba cari kata yang melebihi maaf. Sementara itu mohon ketulusan lahir dan batin buat segala khilaf yang ada selama ini.


nb: ramadhan ini mungkin belum sempurna. tapi ini adalah ramadhan yang paling melegakan. paling menyenangkan. ramadhan bersama kamu Ma... semoga banyak ramadhan lagi yang bakal kita lewati berdua. amin.